kekerasan verbal
Ilustrasi

BOGOR-TODAY.COM – Ketika anak mendapatkan kekerasan verbal, tak sedikit orang tua membiarkan keluh kesah mereka. Biasanya para orang tua beranggapan aduan tersebut hanyalah gurauan semata. Padahal, ejekan yang diterima anak bisa saja lebih dari sekadar gurauan.

Melansir klikdokter.com, Minggu (7/8/2022) dampak kekerasan verbal dapat menyebabkan anak mengalami depresi. Efek negatif kekerasan verbal juga bisa mendorong anak melakukan tindakan berbahaya yang bisa mencelakai diri sendiri, seperti mengonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, hingga bunuh diri.

Oleh sebeb itu, mencegah kekerasan verbal pada anak sangatlah penting.

Berikut 6 langkah untuk Mencegah Kekerasan Verbal pada Anak

  1. Kelola Emosi

Perlu diketahui, kekerasan verbal bisa terjadi dalam bentuk komunikasi apa pun. Mungkin saja, Ayah dan Bunda tidak menyadarinya ketika sedang berhubungan dengan anak.

Kekerasan verbal bisa berupa bicara dengan keras, melengking, atau berteriak pada anak. Jenis kekerasan ini juga meliputi penggunaan kata-kata yang merendahkan dan mencemooh, misalnya manja, malas, atau menyebalkan.

Selain itu, kekerasan verbal bisa berupa ekspresi wajah atau tatapan sinis yang meremehkan dan menghina anak.

Untuk mencegah kekerasan verbal pada anak, Washington State Department of Children, Youth & Families menganjurkan agar Ayah dan Bunda tidak memperingatkan anak dalam kondisi marah.

Sebaliknya, coba tenangkan diri, beri jeda terlebih dahulu sebelum Ayah dan Bunda menyampaikan sesuatu mengenai perilaku anak yang dirasa kurang tepat.

  1. Selesaikan Konflik Tanpa Kekerasan
BACA JUGA :  Jadwal dan Syarat Pendaftaran Polri 2024, Siapkan Dirimu

Ayah dan Bunda juga bisa mengajarkan anak mengenai pentingnya mengelola emosi sehingga dia tidak melakukan kekerasan verbal ke orang lain. Ajarkan si kecil agar selalu menyelesaikan masalah tanpa harus menghina, berteriak, atau memukul.

Pengelolaan emosi yang baik membuat anak menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.

  1. Memvalidasi Perasaan Mereka

Perhatikan perasaan anak ketika dia mengekspresikan kesedihan, ketakutan, kemarahan, ataupun rasa senang terhadap sesuatu. Pastikan bahwa perasaan mereka tervalidasi.

Misalnya, ketika anak merasa takut mendengar suara petir. Daripada Ayah dan Bunda mengatakan “Tidak ada yang perlu ditakutkan” ganti dengan mengatakan “Kamu takut ya? Tenang ya, ada mama di sini.”

Dengan cara seperti ini, anak akan merasa dimengerti. Selain itu, orangtua juga bisa menunjukkan rasa ingin tahu lebih jauh terhadap hobi ataupun dunia anak. Hal ini bisa membuat mereka merasa dimengerti dan diperhatikan.

Contoh lainnya, ketika anak menerima ejekan atau hinaan dari temannya, orangtua bisa memberikan pengertian kepada anak bahwa rasa takut dan marah terhadap sikap negatif orang lain wajar terjadi. Ajarkan anak untuk tidak membalas tindakan tersebut. Beri tahu dia, “Sikap kasar atau ejekan tidak benar dan tidak boleh dilakukan ke siapa pun. Sebaliknya, kita perlu saling menjaga satu sama lain.”

Dengan memvalidasi perasaan anak secara tepat, orangtua turut berperan mencegah buah hati melakukan segala bentuk kekerasan pada orang lain.

  1. Tunjukkan Sikap Positif
BACA JUGA :  Kebakaran Hebat Hanguskan Rumah di Kolaka Utara, 2 Orang Luka

Orangtua bisa mencegah kekerasan verbal pada anak dengan selalu berusaha menunjukkan sikap positif. Usahakan untuk selalu bersikap baik, sabar, dan welas asih kepada siapa pun.

Perilaku ini bisa mendorong si buah hati untuk melakukan hal serupa ke orang lain. Sementara bagi Ayah dan Bunda, cara ini juga bisa menjadi “rem” untuk mencegah segala bentuk kekerasan kepada anak.

  1. Jangan Biarkan Hubungan Renggang

Ketika hubungan orangtua dengan anak sedang renggang akibat konflik tertentu, cobalah untuk memperbaikinya sesegera mungkin. Jangan biarkan anak merasa sendiri, kesepian, dan terasing.

Apalagi hingga menelantarkan dan mengabaikan keberadaan anak. Mengabaikan anak termasuk bentuk kekerasan. Karena itu, jalin kembali ikatan emosional dengan anak.

  1. Biarkan Anak Jadi Diri Sendiri

Kekerasan verbal bisa muncul akibat adanya harapan berlebih dan kontrol yang terlalu kuat dari orangtua. Karenanya, bantu anak untuk merasa aman dan nyaman dengan membiarkan mereka menjadi diri sendiri.

Meski begitu, para orangtua tetap berhak menyampaikan kekhawatiran terkait aktivitas anak dan menggunakan peluang ini sebagai momen untuk mempererat hubungan.

Kekerasan verbal pada anak adalah hal yang sangat serius. Kekerasan dapat berdampak pada perkembangan anak di masa depan. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================