Meneluri Sindrom Stockholm, Ketika Sandera Justru Bersimpati Pada Penculiknya. Foto : Ilustrasi.

BOGOR-TODAY.COM –  Sindrom Stockholm atau Stockholm syndrome adalah kondisi ketika terbentuk ikatan psikologis dalam diri para sandera kepada para penyanderanya. Sindrom ini lahir dari serangkaian keadaan yang cukup spesifik, yakni ketimpangan relasi kuasa selama masa penyanderaan, penculikan, atau hubungan yang kasar.

Sesuai dengan namanya, sindrom ini diambil dari kejadian perampokan Sveriges Kreditbank di Stockholm, Swedia pada tahun 1973.

Kondisi itu membuat mereka tidak melarikan diri ketika diberi kesempatan. Mereka bahkan mungkin mencoba mencegah penculiknya menghadapi konsekuensi atau hukuman atas tindakannya.

Bicara tentang Stockholm syndrome, ada beberapa fakta yang perlu diketahui mengenai sindrom ini, yaitu:

1.Berasal dari Kota Stockholm di Swedia

Pada tahun 1973, Jan-Erik Olsson, seorang mantan narapidana menyandera empat karyawan, tiga wanita dan satu pria Kreditbanken, salah satu bank terbesar di Stockholm, Swedia. Penyanderaan tersebut terjadi ketika ia merampok bank tersebut meski perampokan itu akhirnya gagal.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Sabtu 18 Mei 20249
Sindrom Stockholm
Kejadian perampokan Sveriges Kreditbank di Stockholm, Swedia pada tahun 1973. Foto : Istimewa.

Pada awalnya bernegosiasi dengan salah seorang temannya di penjara yang bernama Clark Olofsson untuk membantunya, yang akhirnya membuat Clark Olofsson keluar dari penjara.

Mereka menahan para sandera selama enam hari (23–28 Agustus) di salah satu brankas bank. Ketika para sandera dibebaskan, tidak satu pun dari mereka yang berusaha untuk menuntut para penculik di pengadilan.

Hal yang sebaliknya malah terjadi, mereka mulai mengumpulkan uang untuk membela para penculik tersebut.

Selama periode ini, sebagian besar karyawan bank yang disandera menjadi sangat simpatik terhadap para perampok. Bahkan setelah dibebaskan, para sandera menolak untuk meninggalkan penculiknya dan kemudian membela mereka.

BACA JUGA :  Pemkot Bogor Kembali Raih WTP 8 Kali Berturut-turut

Mereka juga menolak bersaksi di pengadilan melawan para perampok dan bahkan membantu mengumpulkan uang untuk membela mereka.

Kriminolog dan psikiater yang menyelidiki peristiwa tersebut menyebut kondisi mereka sebagai Stockholm syndrome. Karena menjadi jelas bahwa karyawan bank yang jadi sandera telah mengembangkan semacam kasih sayang terhadap orang-orang yang menahan mereka.

  1. Strategi Bertahan Hidup yang Delusif

Stockholm syndrome adalah kondisi yang tidak jelas penyebabnya. Namun, menurut studi pada 2015 di International Journal of Advanced Research, sindrom ini disebut sebagai strategi bertahan hidup yang delusif.

============================================================
============================================================
============================================================