Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian (15 Masehi) menjelaskan beragam rupa rasa masakan, yaitu lawana (asin), kaduka (pedas), tritka (pahit), amba (masam), kasaya (gurih), dan madura (manis).
Dalam buku Indische Groenten: Met Inbegrip Van Aardvruchten En Kruiderijen oleh J.J Ochse dan RC Backhuizen van den Brink (Batavia. 1931) yang diterjemahkan oleh Unus Suriawiria dijelaskan tentang beragam sayur khas Sunda seperti daun singkong, pepaya, selada, dan puluhan jenis daun lainnya dan lalap seperti umbi (kunyit, kencur), buah muda (pepaya, mentimun, leunca), bunga (kenikir, honje/combrang), dan biji-bijian (biji nangka, pete).
Alam Jawa Barat yang sejuk membuat masyarakat membutuhkan makanan yang mampu menghangatkan tubuh, sekaligus sesuai dengan prinsip-prinsip harmoni kehidupan Orang Sunda, meliputi, moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia terhadap pribadinya, moral manusia dengan manusia lainnya, moral manusia terhadap waktu, moral manusia terhadap alam, moral manusia terhadap kesejahteraan lahir batin.
Oleh sebeb itu, kebudayaan Sunda menuntut manusia supaya berhubungan baik dengan semua ciptaan Tuhan lainnya. Tidak hanya dengan sesama manusia, tapi juga dengan alam seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebiasaan mengkonsumsi lalap hanya salah satu pantulan dari cara hidup tersebut. (*)