Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan

BOGOR-TODAY.COM, JAKARTAKetua Umum (Ketum) PSSI Mochamad Iriawan yang akrab disapa Iwan Bule itu menyebut peminat kursi Ketum PSSI harus sabar-sabar.

Dikatakan, Mochamad Iriawan saat ditanya soal calon-calon ketum PSSI yang baru. Iwan Bule cuma bilang, ‘sabar’.

“Ya, saya berharap kepada teman-teman yang akan mencalonkan diri sabarlah, ada waktunya nanti. Jangan mendorong mem-framing terus, kasihan sepakbola kita,” kata Iriawan di Gedung Trans Media baru-baru ini.

“Ada waktunya. Sayang uangnya didorong untuk berbagai macam framing yang dilakukan, sangat sayang. Lebih baik memberikan ke yatim piatu lebih bermanfaat,” sambungnya.

Founder Football Institute, Budi Setiawan menyebut perkataan Iwan Bule itu bisa jadi semacam kode. Walau diyakininya, percepatan pergantian Ketum PSSI bisa saja cepat terjadi.

BACA JUGA :  Bima Arya Titip Pesan Ini ke Tokoh Lintas Agama Saat Open House

“Bisa jadi itu pesan, Karena sebelumnya sempat menyinggung masa jabatannya akan berakhir di November 2023, namun karena situasi kanjuruhan jadi dimajukan,” jelasnya kepada detikSport.

Iwan Bule secara nyata menyatakan bahwa gerakan demo ada yang memobilisasi lalu kemudian semua orang sudah bicara calon ketua umum PSSI selanjutnya. Terlihat sekali kejengkelan beliau,” tambahnya.

“Tapi jangan lupa dulu KLB PSSI tahun 2019, juga terjadi percepatan kongres (KLB) ke tanggal 2 November 2019 padahal sudah ditetapkan sebelumnya di tanggal 27 Januari 2020. Apakah ini artinya sejarah berulang? De javu? Atau apa istilah yang cocok untuk situasi ini?,” sambungnya.

Budi Setiawan menutup, kini ada baiknya PSSI segera menggelar KLB dan melanjutkan kompetisi Liga 1. Sebab, klub-klub nihil pendapatan dan berdampak pada fisik para pemain juga.

BACA JUGA :  Jelang Pensiun Wali Kota Bogor, Bima Arya Tinjau Dua Rumah Penerima RTLH

“Secara kerugian finansial sudah pasti, pemasukan dari tiket pertandingan tidak ada, income dari sektor lain juga serba tidak pasti, sementara gaji pemain plus official dan manajemen harus tetap dibayar,” ungkapnya.

“setelat-telatnya kompetisi harusnya awal Desember sudah bergulir. Tapi itu kembali bagaimana PSSI dan PT LIB dapat meyakinkan pemerintah dan kepolisian untuk mengeluarkan ijin. Bukan hanya sekadar kompetisi jalan, tapi komitmen awal adanya ratifikasi regulasi FIFA/PSSI dengan kepolisian dapat diuji oleh publik agar kejadian Tragedi Kanjuruhan tidak terulang kembali,” pungkasnya. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================