BOGOR-TODAY.ID – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang Kabupaten Bogor terus bersolek untuk menjadi rumah sakit pendidikan.
Direktur RSUD Leuwiliang, Vitrie Winastri menuturkan, dengan menjadi rumah sakit pendidikan tentunya akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya mencetak para tenaga kesehatan (nakes) yang berkualitas.
Vitrie Winastri menjelaskan, fungsi RSUD Leuwiliang selain pelayanan, ada pendidikan dan pengabdian masyarakat.
Kini pihak RSUD Leuwiliang sedang mengupayakan sisi pendidikannya, karena tenaga kesehatan ini harus dicetak di setiap masa.
Sementara, pendidikan kesehatan itu tidak bisa hanya teori, tetapi membutuhkan tempat mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari di dalam kelas ke dalam praktik di dunia nyata.
“Artinya sangat dibutuhkan rumah sakit untuk tempat praktek atau magang. Kami menyiapkan rumah sakit ini untuk para calon nakes,” kata Dirut.
“Manfaatnya tidak hanya untuk mencetak para nakes yang berkualitas, tapi juga ada manfaat untuk pasien, untuk RSUD Leuwiliang khususnya, dan untuk Kabupaten Bogor pada umumnya,” jelas Vitrie.
Vitrie mengungkapkan, para dokter spesialis RSUD Leuwiliang nantinya akan menjadi pendidik atau dosen.
Artinya para dokter spesialis akan terus mengembangkan dan mengupdate ilmunya. Kemudian keuntungan untuk pasien, nantinya lebih banyak dipantau oleh para nakes.
“Perlu diketahui, salah satu kepuasan pasien adalah masalah komunikasi yang baik. Di bawah pengawasan kami,” katanya.
“Para calon nakes ini bisa membantu berkomunikasi mendengarkan keluhan pasien, di kala dokter utamanya punya keterbatasan waktu karena pasiennya cukup banyak,” imbuhnya.]
Dia menambahkan, keuntungan untuk Kabupaten Bogor, RSUD Leuwiliang yang tadinya kelas B non pendidikan menjadi B pendidikan, berarti statusnya meningkat.
Artinya Kabupaten Bogor memiliki RSUD yang dipercaya oleh asosiasi pendidikan untuk menjadi tempat mendidik para calon nakes. Tentunya, memiliki standar akreditasi dari Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ASPI).
Sebagai informasi, RSUD Leuwiliang sudah melaksanakan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan beberapa perguruan tinggi.
Di antaranya Poltekkes Bandung, Stikes Wijaya Husada Bogor, Prima Husada Bogor, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA).
Kemudian SMK Prof. Dr. Moestopo. Selanjutnya sedang berproses dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN), IPB University, Poltekkes Tasikmalaya, SMK Cita Teknika, dan Stikes Widya Dharma Husada Tangerang.
“Selain harus mematuhi dan memenuhi semua standar ASPI, MOU dengan perguruan tinggi dan institusi pendidikan lainnya merupakan syarat untuk mendapatkan sertifikat izin untuk rumah sakit pendidikan dari Kementerian Kesehatan RI,” ujarnya.