“Tadi ada permintaan-permintaan ibunya, yang terutama untuk keberlanjutan hidupnya. Terutama untuk penghidupannya, begitu,” ujar Risma.
Selama sakit, Enur Hayati diketahui dirawat oleh anak pertamanya, Nurdin Haerudin (32) yang bekerja di sebuah koperasi dengan gaji Rp500 ribu per bulan.
Untuk membantu perekonomian keluarga, Enur Hayati berjualan sembako kecil-kecilan dengan penghasilan Rp50 ribu per hari. Enur sudah berpisah dari suaminya saat Iim berusia lima tahun, sejak saat itu ia membesarkan kedua anaknya seorang diri.
Sementara, Sentra Galih Pakuan Bogor memberikan Enur dan keluarga bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa alat bantu walker kaki empat, pemenuhan nutrisi, sembako, alat kebersihan diri, serta uang tunai untuk operasional di rumah sakit.
Kemudian, sambung Risma, Sentra Galih Pakuan Bogor akan melakukan asesmen lanjutan untuk pemberian alat bantu berupa kursi roda yang sesuai dengan kondisi dan kontur tanah serta situasi geografis lingkungan rumah Enur. Risma juga mengarahkan agar keluarga Enur diberikan bantuan kewirausahaan dan program Rumah Sejahtera Terpadu (RST).
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News