Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Untuk itu, intervensi stunting harus dimulai sebelum bayi lahir—bahkan sejak perempuan masih di usia remaja. Hal ini sesuai dengan penjelesan yang disampaikan Mahasiswa FISIPKOM Unida Jawi Fadilah mengenai pencegahan stunting berdasarkan kelompok umur. Mulai dari balita, remaja putri dan ibu hamil yang didukung media poster.
“Pentingnya imunisasi pada balita, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta mengonsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia diatas 6 bulan. Kemudian remaja putri perlu skrining anemia dan mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 1 tablet seminggu sekali,” jelas Jawi kepada ibu-ibu yang hadir di kegiatan sosialisasi tersebut.
Sedangkan pada ibu hamil diperlukan pencegahan stunting dengan teratur periksa kehamilan minimal 6 kali, konsumsi TTD 1 tablet setiap hari serta pemenuhan asupan makanan sehat dan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium.
Nurjanah selaku Kader Posyandu Melati V menyampaikan rasa terima kasih atas permainan yang menghibur dan mengandung pesan edukasi serta poster yang diberikan sebagai penyebaran informasi mengenai stunting ini.
“Terima kasih adik-adik Mahasiswa. Sangat bermanfaat, karena masyarakat yang akan datang dari desa dan RT bisa melihat poster ini,” jelasnya.
Salah satu peserta yang mengikuti permainan ular tangga cegah stunting Salbiyah mengungkapkan, keseruan pada kegiatan yang diisi dengan permainan ini.
“Permainannya seru banget. Saya jadi tahu bahaya dan cara mencegah stunting. Soalnya saya udah punya anak empat, baru kali ini ke posyandu ada gamenya,” ungkapnya.***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News