Menurutya, dampak yang ditimbulkan lebih terkendali apabila dibandingkan dengan fenomena El Nino hebat tahun 2015.
“Dampaknya lebih kecil karena kita sudah siap, dari bulan Februari lahan-lahan gambut sudah dibasahi. Sejak bulan Februari juga kita sudah melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ratusan kali bahkan hingga saat ini,” beber dia menjelaskan.
Dwikornita menyebut, cuaca panas ini disebabkan tidak adanya awan yang menghalangi sinar matahari ke bumi. Alhasil, hal itu menyebabkan peningkatan suhu panas.
“Tidak ada awan, sehingga Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tidak selalu berhasil. Jadi kita prediksi dulu awan itu ada kapan, kalo dipaksakan ya tidak selalu berhasil,” pungkasnya.***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News
============================================================
============================================================
============================================================