Oleh : Heru B Setyawan
AKHIRNYA Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapresnya Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, meski pasangan ini akan mendaftar ke KPU insyaAllah hari rabu 25 Oktober 2023.
Tapi deklarasi sudah dilaksanakan saat Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, resmi mengumumkan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut sebagai bakal calon wakil presidennya pada minggu (22/10).
Dengan manuver Gibran ini, ya pasti atas pengaruh dan restu bapaknya, akan sangat berpengaruh terhadap perubahan peta pemilih pada Pilpres 2024.
Inilah dampak perubahan peta pemilih dari cawe-cawenya pak Lurah terhadap hiruk pikuhnya Pilpres.
Pertama, suara PDIP akan terbelah menjadi dua, yang satu mendukung pasangan Ganjar-Mahfud dan yang lain mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Ini yang bakal merugikan PDIP karena suara jagoannya pasti akan berkurang.
Tim Sukses (Timses) Ganjar-Mahfud harus berjuang mati-matian gas pol untuk menambah suara, karena sudah berkurang pemilihnya akibat kelakuan Gibran ini.
Kedua, Jokowi dan Gibran dianggap pengkhianat oleh PDIP maupun masyarakat luas. Bahkan Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto, menilai sikap Jokowi dan Gibran dinilai sebagai bentuk pengkhianatan kepada PDIP.
Ketiga, mempertontonkan ketidakharmonisan hubungan antara Ibu Megawati sebagai ketua umum PDI Perjuangan dengan Presiden Jokowi sebagai kader partai PDI-P.
Sungguh memprihatinkan padahal selama ini Jokowi dibesarkan oleh PDIP dimulai dari Walikota Solo dua periode, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden dua periode.