JAKARTA, TODAY — Yunani akhirnya sepakat untuk menerima dana bantuan alias utang baru dari Uni Eropa Senilai USD 96 miliar setara Rp 1.250 triliun. Namun syarat untuk mendapatkan utang ini sangat ketat, termasuk menjual beberapa aset negara.
Ini merupakan dana bantuan ketiga yang diterima Yunani sejak 2010. Dana bantuan ini juga mengamankan posisi Yunani bertahan di Uni Eropa.
Layaknya pasien yang diberi obat karena sakit, banyak syarat yang diberikan Uni Eropa atas utang-utang yang diberikan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah soal penjualan aset-aset negara.
Kondisi tersebut mengingatkan kita saat Indonesia menjadi ‘pasien’ International Monetary Fund (IMF) saat krisis 1998. Banyak aset negÂara yang dijual melalui penjualan BUMN.
Miripkah kondisi Yunani saat ini dengan Indonesia saat krismon 1998? “Sama. Tapi magnitude-nya berbeda, skalanya berbeda. KaÂlau Yunani suntikan dananya beÂsar sekali, yang 2 kali suntik saja USD 240 miliar, ditambah yang sekarang. Nah kalau Indonesia keÂcil sekali hanya USD 1 miliar satu bulan,†ujar Ekonom UGM, Tony Prasetiantono, yang juga Komisaris Independen Bank Permata, kepada detikFinance, Selasa (14/7/2015).
Menurut Tony, Yunani saat ini tengah mengalami ‘kesakitan’ yang luar biasa. Suntikan pinjaman yang diberikan saat ini tentu banyak syaratnya, salah satunya penjualan aset negara.
Hal ini juga pernah berlaku di Indonesia saat krisis 1998 silam. Saat itu, Indonesia banyak menjual aset-aset milik negara. Yang paling menjadi sorotan adalah penjualan PT Indosat Tbk (ISAT), karena aset ini dinilai strategis.
Aset lain yang dijual adalah Hotel Presiden yang sekarang berÂnama Hotel Pullman. Dulu, hotel ini dijual ke investor Jepang dan diganti namanya menjadi Hotel NikÂko. “Penjualan hotel ini nggak menÂjadi sorotan karena memang bukan strategis,†kata Tony.
Pemerintah juga menjual sebaÂgian saham Semen Gresik yang saat ini berubah nama menjadi Semen Indonesia kepada investor Meksiko, yaitu Cemex alias Semen Meksiko. “Ini juga menjadi ramai karena harÂganya terlalu murah,†ujar dia.
Bank Mandiri dan BRI juga semÂpat dijual melalui pasar saham. “Bank-bank dijual tapi ini tidak riÂbut, karena kan penjualannya lewat pasar modal, nggak terlalu kelihatÂannya,†kata Tony.
Tony menyebutkan, penjualan aset menjadi salah satu cara untuk bisa tetap bertahan hidup. “MeskiÂpun aset itu diperlukan tapi kan haÂrus dijual, itu pilihan, mau sembuh dengan syarat jual aset, atau bangÂkrut tidak bisa bayar utang,†kata Tony.
Lebih jauh Tony menjelaskan, saat ini Yunani juga mengalami hal yang sama. Negara Eropa pengguna mata uang euro (eurozone) memÂberi syarat agar Yunani menjual sebagian asetnya untuk bisa menuÂtupi utang. Eurozone juga meminta penghematan anggaran.
Meski demikian, Tony melihat, perlakuan IMF kepada Yunani saat ini sudah sangat adil dibanding perÂlakuan kepada Indonesia saat menÂjadi pasiennya dulu. “Dengan nilai ekonomi kita yang lebih besar hanÂya disuntik USD 1 miliar satu bulan, setahun cuma USD 12 miliar, Yunani kan besar sekali,†terang dia.
Tony menambahkan, Yunani haÂrus siap dengan segala konsekuensi yang diberikan eurozone atas pinjaÂman yang diberikan. “Kalau menerÂima bailout harus siap menderita,†pungkasnya.
(Alfian Mujani)