BOGOR, TODAYÂ – Musim penghujan rupanya datang lebih cepat dari yang diprekdisikan oleh Badan Metrologi Klimatologi dan GeoÂfisika (BMKG) Dramaga, Bogor. Bukan hanya hujan, cuaca ekstrem seperti puting beliung dan tanah longsir pun kini mengahantui warÂga Bogor.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan PenangÂgulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Aksomo menjelaskan jika pasca kemarau, bencana yang paling dikhawatirÂkan adalah bencana tanah longsor mengingat kondisi geografis di Kabupaten Bogor yang beÂragam.
“Kami memang tidak akan pernah istiraÂhat. Kemarin kemarau, sekarang mulai hujan. Badai pula. Namun kami siap bekerja ekstra untuk menghadapi dan mengantisipasi keÂmungkinan bencana yang bakal terjadi,†ujar Budi Aksomo.
Budi menjelaskan jika pihaknya telah meÂnyiagakan pasukan selama 24 jam nonstop jika sewaktu-waktu terjadi kondisi darurat. SeÂlain itu, BPBD juga telah memastikan kesiapan logistik dan peralatan pendukung yang dibuÂtuhkan dalam menanggulangi bencana.
“Kami telah siagakan pasukan dan peraÂlatan. Karena banyak sekali daerah di KabupatÂen Bogor yang rawan akan bencana. PemetaÂan wilayah juga telah kami lakukan dengan tujuan supaya masyarakat lebih waspada jika cuaca ekstrem datang,†lanjut Budi.
Dari hasil pemetaan tersebut lima wilayah di Bumi Tegar Beriman memiliki tingkat kerÂawanan akan bencana puting beliung. SepÂerti Kecamatan Tamansari, Ciomas Tenjolaya, Dramaga dan Pamijahan yang berada dalam kawasan kaki Gunung Salak.
“Kalau untuk longsor ada di tiga zona, yaiÂtu wilayah timur, selatan dan barat. Rata-rata daerah rawan bencana berada di kaki gunung dan wilayah-wilayah yang berada di sekitar tebingan,†lanjut pria berkumis ini.
Sebelumnya, bencana angin puting beÂliung telah menghantam 67 rumah warga di Kecamatan Dramaga, Ciomas dan Tenjolaya. “Bukan tidak mungkin jumlah ini bertambah. Untuk tingkat kerusakannya sih bervariatif. Tapi yang paling parah ada sembilan rumah. Dua rumah di Kecamatan Tenjolaya dan tuÂjuh rumah di Kecamatan Dramaga,†sambung Budi.
Budi juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih mengenali daerah tempat tinggalÂnya masing-masing agar bisa mengantisipasi kemungkinan bencana yang akan terjadi. Ia pun meminta masyarakat untuk menerapkan pola hidup yang ramah lingkungan.
“Bencana itukan respon alam terhadap ulah manusia juga. Makanya kita harus menÂjaga lingkungan seperti tidak membuang samÂpah sembarangan dan lebih mencintai alam. Tapi selalu tetap waspada,†pungkas Budi.
Sebelumnya, BMKG Stasiun Dramaga memÂperkirakan jika musim kemarau yang telah membuat ribuan hektar tanamah padi gagal panen akan terus berlangsung hingga bulan September 2015 mendatang dan membuat khawatir sejumlah kalangam khususnya petÂani.
(Rishad Noviansyah)