NAPLES, Today – Sejak kembali ke Serie A di 2007 lalu, Napoli bisa dikatakan telah merebut kembali status tim besar di Italia. Namun inkonsistensi masih menjadi peÂnyakit Partenopei. Musim ini mereka mengemban misi kembali ke posisi atas Serie A lagi.
Napoli dalam delapan musim terakhir tak dipungkiri telah berhasil menempatkan diri di jajaran tim papan atas Serie A lagi. Seperti diketahui mereka sempat bolak-balik ke Serie B sepanjang periode 1998-2007, setelah mengalÂami penurunan selepas era sukses bersama Diego MaraÂdona.
Di dua musim pertamanya sejak kembali ke Serie A, mereka cuma finis di peringkat delapan dan 12. Namun berangsur-angsur naik dengan finis di peringkat enam dan tiga pada musim 2009/2010 dan 2010/2011.
Sejak saat itu mereka tak pernah jauh-jauh dari posisi atas, meski masih naik tuÂrun. Di empat musim terakhir, raihannya adalah finis kelima, runner-up, lalu turun ke posisi tiga, dan terakhir menutup musim di posisi lima pada musim lalu.
Misi perbaikan Napoli usai hasil tak memuaskan musim lalu pun dimulai. SeÂcara bersamaan Rafael Benitez yang menÂjadi allenatore dalam dua musim terakhir pergi untuk menerima pinangan Real MaÂdrid. Maurizio Sarri lantas didatangkan unÂtuk mengisi pos pelatih kepala.
Sarri sendiri mendapatkan apresiasi beÂsar musim lalu setelah membawa Empoli tampil mengesankan dan finis di urutan 15 klasemen Serie A. Pelatih 56 tahun itu sekaÂligus mematahkan perkiraan bahwa timnya tak akan mampu bertahan di kasta teratas.
Dia berhasil membuat Empoli yang noÂtabene tim promosi jadi salah satu yang palÂing sulit dikalahkan, dengan catatan hanya 12 kekalahan musim kemarin. Jumlah itu menempatkan mereka di urutan sembilan tim dengan kekalahan paling sedikit, hanya di bawah Juventus, AS Roma, Sampdoria, Fiorentina, Inter Milan, Genoa, Napoli, dan Lazio.
Salah satu persoalan terbesar Sarri barangkali adalah meracik tim peninggaÂlan Benitez. Keduanya punya pakem yang berbeda, Benitez bermain dengan 4-2-3-1 dengan penyerang sayap sementara Sarri menggemari pola 4-3-1-2. Artinya ada kebuÂtuhan perombakan di lini depan jika akan tetap menggunakan pola kesukaannya tersebut.
Gonzalo Higuain masih akan jadi anÂdalan dan bisa ditemani oleh Manolo GabÂbiadini. Namun kepergian Duvan Zapata membuat Sarri kekurangan stok pemain di sektor tersebut, karena praktis hanya terÂsisa Eduardo Vargas sebagai pelapis.
Sementara dengan skema Benitez musim lalu, pemain-pemain yang bisa beroperasi di sayap justru cukup melimÂpah. Ada Jose Callejon, Lorenzo Insigne, Dries Mertens, dan juga Jonathan de GuzÂman. Sisi positifnya adalah dari keempatÂnya, seluruhnya bisa ditempatkan di beÂlakang duet penyerang. Tapi Sarri bakal harus memastikan siapa yang akan jadi pilihan utama.
Sedangkan di posisi gelandang, Sarri punya banyak pilihan mulai dari JorginÂho, David Lopez, Mirko Valdifiori, Marek Hamsik, Allan, dan Omar El Kaddouri. Banyaknya stok ini bisa memberikan berÂbagai opsi permainan di lini tengah Napoli. Kedatangan Valdifiori sendiri akan jadi keuntungan tersendiri untuk Sarri karena keduanya sudah saling mengenal semasa di Empoli.
Persoalan lain Partenopei adalah kurangnya bek. Sejauh ini mereka cuma punya tujuh pemain belakang, terdiri dari empat bek tengah, dua bek kiri, dan satu bek kanan. Itu sebabnya Napoli terus beruÂpaya memburu pemain anyar di sektor ini, dengan Nikola Maksimovic sebagai buruan utamanya.
Jika berhasil mendatangkan bek ToÂrino dan tim nasional Serbia itu, maka Vlad Chiriches bisa dialihkan ke posisi bek kanan yang memang cukup mahir dimainÂkannya. Namun misi merekrut MaksimovÂic akan sangat menantang karena bursa transfer mendekati fase akhir sementara Serie A akan dimulai akhir pekan ini.
Sejauh ini, laga-laga pramusim belum menunjukkan hasil yang positif untuk NaÂpoli. Mereka kalah 2-3 dari Nice, lalu berimÂbang 0-0 kontra Porto. Tentu bukan bekal yang meyakinkan untuk memulai liga, di mana mereka menghadapi Sassuolo di StaÂdio Città del Tricolore, Senin (24/8/2015) dinihari WIB nanti.
Kedatangan Sarri di satu sisi memberiÂkan atmosfer baru dan menyegarkan unÂtuk Napoli dalam misinya kembali ke posisi tiga besar.
Tapi tantangan besar harus diakui menanti mereka, yakni adaptasi terhadap perubahan yang terjadi juga rival-rival yang semakin kuat. Juventus, AS Roma, Inter Milan, dan AC Milan masing-masing melakukan belanja yang agresif di bursa transfer musim panas ini demi finis di tiga besar alias zona Liga Champions.