Tato temporer atau tato yang mudah hilang dalam waktu tertentu, tengah menjadi tren dalam aksesori mode. Kehadiran tato temporer bisa menjadi pilihan bagi kawula muda yang ingin tampil eksis dengan gambar di kulitnya, namun enggan memiliki tato tersebut selamanya di tubuhnya. Hal tersebut pun menjadi peluang tersendiri bagi penyedia tato temporer, yakni Felicia Hartono lewat bendera usaha HeyThattoo dan Ellen Wijoyo dengan merek Potatoo.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Seiring dengan makin populernya kegiatan menato di masyarakat, khususnya kawula muda, bermaÂcam cara dan teknik mulai berÂmunculan. Pasalnya, tidak semua orang mau merajam tubuhnya karena taÂkut dengan jarum yang menembus kulit berulang kali. Selain itu, desain tato juga bersifat permanen sehingga perlu pemikiÂran matang sebelum melakukannya.
Fenomena ini ternyata dibidik sebagai peluang bisnis nan potensial oleh beberÂapa pelaku usaha. Mereka menciptakan produk tato temporer yang mudah menÂempel di kulit layaknya stiker. Untuk meÂnarik perhatian konsumen, produsen tato temporer menyiapkan beraneka ragam deÂsan atraktif. Tak heran, produk ini diburu oleh konsumen yang ingin memiliki tato di tubuh tanpa rasa sakit.
Ellen Wijoyo merupakan pelaku usaha yang memanfaatkan booming tato di kaÂlangan anak muda. Mengusung merek Potatoo, perempuan berusia 28 tahun ini memproduksi t ato temporer (temporary tattoo) sejak akhir 2013 silam.
Ellen memasarkan produk Potatoo meÂlalui internet. Dia membagun situs www. potatoo1.com serta akun Instagram dan mengunggah foto-foto produk tato tempoÂrer. Tak disangka, dia mendapat sambutan positif dari konsumen. Berangkat dari situ, dia mulai menggelar bazaar di berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta, Bogor dan Bandung. Untuk di Bogor, Ellen menggeÂlarnya di B otani Square.
“Sekarang kami bekerja sama dengan beberapa toko ritel di Jakarta, Bogor dan Bandung untuk menerapkan sistem konÂsinyasi. Kami juga memiliki reseller yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,†kat a Ellen.
Inspirasi Ellen berbisnis tato temporer bermula kala dia berlibur ke Amerika SeriÂkat beberapa tahun silam. Dia mendapati beberapa produk tato temporer berdesain unik dijual di toko. Perempuan yang hobi menggambar ini langsung menangkap po Âtensi bisnis dari barang tersebut .
“Semasa kecil, saya sering mendapat hadiah stiker tato dari c iki dan permen. Saya pikir banyak orang yang suka kalau stiker tato tersebut digarap serius dengan desain bagus. Stiker tato juga bisa jadi solusi bagi orang yang ingin memiliki tato, tetapi t akut ditusuk jarum,†katanya.
Tak main-main membuat rencana bisÂni s, dia mencari informasi tentang proses pembuatan tato temporer dari berbagai media. Ellen masih bekerja sama denÂgan salah satu percetakan untuk proses produksi. Dia menggunakan tinta berbahÂan dasar air (water-based ink) yang ramah lingkungan (eco-friendly).
“Kami hanya memakai tinta berku alitas demi kenyamanan konsumen. Produk Po Âtatoo bisa digunakan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tanpa menimbulkan iritasi,†tutur lulusan jurusan desain UnivÂeritas Pelita Harapan ini.
Selain menjaga keamanan dan kenyaÂmanan pelanggan, dia juga menawarkan orisinalitas desain produk Potatoo. B erÂbekal keahlian di bidang desain, Ellen menggambar semua desain tato temporer antara lain huruf, tulisan, angka, karakter kartun, binatang, hingga buah-buahan. Gambar tersebut hadir dalam warna hiÂtam, warna-warni, hingga tato yang bisa menyala dalam kondisi gelap (glow in the dark).
Harga tato temporer Potatoo dibande Ârol mulai dari Rp20.000 hingga Rp60.000 per buah. Harga tersebut disesuaikan denÂgan warna tinta dan ukuran stiker. Margin keuntungan yang didapat berki sar 10-20 persen. “Saya tidak mengejar untung besar melaikan kapasitas produksi ting gi.â€
Pemain lainnya adalah Felicia HarÂtono, lewat bendera usaha HeyThattoo, ia menjajakan jasa tato temporer dengan tinta berbahan baku organik. Sehingga dia mengklaim, tinta yang digunakan aman untuk anak-anak dan orang dewasa dan tiÂdak menyebabkan alergi.
Usaha ini berdiri sejak 2 004 silam. Agar gerainya cepat berkembang, Felicia menawarkan kemitraan usaha kepada miÂtra. Saat ini ada tiga gerai yang beroperasi di Mal Gandaria City, Mal Alam Sutera, dan di Teras Kota BSD. Dari tiga gerai tersebut, dia gerai milik pusat dan sisanya milik miÂtra usaha.
Sistem usaha yang dia jalankan adalah mitra usaha cukup menyediakan tempat usaha. Lokasinya di dalam ruangan dan disarankan berada di mal dengan trafik pengunjung yang ramai. “Harus di dalam ruangan karena produk yang digunakan tidak boleh terkena air sebelum diaplikasiÂkan ke kulit ,” ujar dia.
Setelah mitra mengajukan lokasi usaha, pusat akan melakukan survei tempat. Bila tempat usaha dirasa cocok, pusat akan mengirimkan produk ke tempat mitra. Usaha ini menet apkan kerjasama dengan sistem bagi hasil 50:50. Mitra tidak harus membeli produk dari pusat karena akan dipasok tiap bulan, tapi hanya membayar sewa tempat dan biaya operasional lainÂnya.
Produk yang dia jajakan buatan US dan Korea. Aneka bentuk dan warna tato bisa dipilih. Pasar yang disasar adalah anak-anak, remaja hingga dewasa. Felicia menÂgatakan, rat a-rat a bisa 30 tato yang bisa terjual tiap hari. Sementara di akhir pekan bi sa menc apai 70 tato. Harga yang ditawarÂkan bervariasi mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 60.000, tergantung dari de sain dan ukuran.
Dia menghitung, omzet usaha bisa menÂcapai Rp 40 juta per bulan. Mitra usaha setiap bulan harus melaporkan laporan keuangan kepada pusat. Setelah dikurangi biaya sewa tempat, gaji pegawai serta pemÂbagian keuntungan ke pusat, mitra masih bi sa meraup laba bersih sekitar belasan juta rupiah tiap bulan. Dia menargetkan bi sa menambah hingga lima gerai baru hingga akhir tahun ini.
(BIS/KTN)