Handayani Geulis lahir seperti rangkaian sebuah benang merah antara kecintaan menulis dan berkreasi. Setelah kedua anaknya beranjak dewasa, Ratna Handayani mulai menekuni hobbinya berkreasi, menjahit, dan memadupadankan potongan batik, saat itu lahirlah Handayani Djarik. Seiring berjalannya produksi patchwork, Ratna, belajar membatik. Berawal di Museum Tekstil, Jakarta sampai menyusuri kota-kota batik di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Oleh : Hesti Amelia
[email protected]
Desember 2011, lahirlah Batik Bogor Handayani Geulis. MoÂtif pertamanya ‘Tilu SauyuÂnan’ atau tiga kesatuan identiÂtas Bogor, Bunga Bangkai khas Kebun Raya Bogor, Amorphophalus Titanium, Daun Taleus dan Kujang. Ketiganya merepresentasikan kepopÂuleran Kota Bogor yang dilengkapi dengan keramahan dan kekuatan penduduknya.
Motif batik Tilu Sauyunan salah satu andalan Handayani Geulis yang sudah mendapat hak paten motif seÂjak tahun 2012. Saat ini sudah terdapat 40 lebih motif, terdiri dari batik tulis, baÂtik cap, dan kombinasi tulis dan cap.
Menurut Georgian, pengelola Batik Handayani, selain berbentuk kain panÂjang, batik di tempat ini diaplikasikan jadi macam-macam produk. Misalnya sepatu, tas, aksesoris, taplak meja, hiasan dindÂing, totopong atau iket kepala khas sunda, kemeja, baju wanita seperti blouse, kebaÂya kutubaru, selimut, dan masih banyak lagi.
Selain memproduksi, salah satu program yang dicetuskan Handayani Geulis Batik BoÂgor adalah edukasi dan sosialisasi batik. ProÂgram ini mengajarkan tentang batik, pengerÂtian dan proses membatik. Tujuannya selain mengenalkan batik sebagai salah satu budaya milik Indonesia juga menanamkan kecintaan batik kepada semua pihak, khususnya generaÂsi muda. “Karena generasi inilah yang nantiÂnya bertanggung jawab terhadap masa depan baik di Indonesia,’’ tutur Georgian, anak suÂlung Ratna Handayani.
Harga produk yang ditawarkan di sini sanÂgat beragam. Untuk aksesoris dan souvenir mulai Rp. 5.000, Untuk kain, tergantung prosÂes dan bahannya, harga batik cap mulai Rp. 100.000 per dua meter hingga Rp. 400.000. Sedangkan batik tulis, lebih variasi lagi karena pembuatannya yang rumit dan ada yang menÂcapai dua bulan untuk sepotong kain 2,5 meter.
Di sini sambil membeli kain batik konsumen bisa melihat prosesnya, konsumen pun bisa terÂlibat langsung dalam prosesnya.
Salah satu program di sini ada juga pelatihan membatik. pengunjung bisa datang kesini dengan biaya antara Rp. 50,000-Rp. 100.000. Program ini sangat diminati masyarakat maupun turis mancanegara. Bahkan selama tiga tahun terakhir, secara rutin tiga bulan sekali rombongan mahaÂsiswi Women Seoul University menyempatkan membatik di Handayani Geulis di sela-sela kunÂjungannya di Kota Bogor. Bahkan program ini diminati untuk persiapan karyawan purnabakti dari berbagai perusahaan atau instansi.
Sejak dua tahun terakhir ini, Handayani GeuÂlis Batik Bogor memiliki program Batik Goes To School. Program yang bekerjasama dengan CSR PT ANTAM. Ini adalah pengenalan membatik dan menanamkan kecintaan generasi muda terhadap batik. “Kami datang ke sekolah-sekoÂlah untuk kegiatan ini,’’ tutur Georgian. Tahun 2014, kegiatan ini dimulai di Kota Bogor dan KaÂbupaten Bogor. Dan, berlanjut di 5 wilayah di DKI Jakarta tahun 2015.
“Hal lain yang sangat kami syukuri adalah kami sebagai pengrajin di Kota Bogor sangat dibantu dan disuport oleh pemerintah Kota BoÂgor. Antara lain, kami sering mendapat pelatihan dan kesempatan pameran di berbagai tempat dan daerah. Itu sangat membantu perkembangan kami,†tambahnya.
“Harapan kami, semoga batik selalu eksis dan tumbuh lebih besar, terutama di kota Bogor dan batik dapat terus menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia,†pungkasnya.