UNTUK mempererat hubunganIndonesia dan Malaysia, UniversitasDjuanda (Unida), Bogor bersama Yayasan IkatanRakyat Malaysia Indonesia(YIRMI) menggelar DialogKebangsaanIndonesia-Malaysiadi Gedung C Unida, Selasa (3/11/2015).
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Bekerjasama juga dengan beberapa perguÂruan tinggi Malaysia, seperti University Islam Malaysia Perlis, Universitas Utara Malaysia, International Islamic University Malaysia (IIUM), dialog yang dihadiri ratusan maÂhasiswa ini menghadirkan Tan Sri Dr Rais Yatim sebagai Penasihat Sosial Budaya Kerajaan Malaysia.
Rais Yatim mengungkapkan, Indonesia dan Malaysia harus diharmoniskan oleh generasi muda dan kalangan terpelajar. Menurutnya, pengkaji asal Belanda, antropologi, budayawan menyatakan kebenarannya bahwa Indonesia dan Malaysia adalah satu rumpun.
Menurutnya, Bangsa Indonesia dan Malaysia berbeda hanya karena penjajahan Inggris. SemenÂtara yang lainnya mengalami penjajahan oleh BeÂlanda.
“Di atas jarum kolonisasi, kita dipetak-petakÂkan, padahal para tetua dari kedua negara adalah sahabat baik,†tegas Rais.
Ia juga menegaskan, kedua negara terikat kuat dalam agama Islam dan rumpun Melayu. SemenÂtara dari sisi bahasa dan budaya, semua bertalian.
“Faktor yang utama menyatukan Indonesia dan Malaysia adalah bahasa dan budaya. Tidak hanya itu, agama mayoritas kedua negara pun sama, yaitu Islam,†tegasnya.
Selain Rais, hadir pula Prof Dr Fasli Djalal seÂbagai Dewan Penyantun YPSPIAI, yang menyamÂpaikan bahwa Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang seharusnya dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Bonus demografi itu dapat diraih diantaranya melalui kerjasama dengan negara lain, terutama negara tetangga yang sangat dekat secara geografÂis seperti Malaysia,†ujar Fasli Djalal.
Sedangkan Rektor Universitas Djuanda, Martin Roestamy, berpesan agar Indonesia dan Malaysia bekerjasama dalam membangun sumberdaya maÂnusia. “Kerjasama Universitas Djuanda dengan berbagai universitas di Malaysia diharapkan menÂjadi jembatan bagi persaudaraan sesama rumpun Melayu,†ujar Martin.
Sebagai kampus yang mengusung nilai BerÂtauhid, Unida mengedepankan peran mahasiswa dan pemuda melalui semangat budaya demokrasi demi pembangunan ekonomi bangsa.
Sebab itu pula, pada Sabtu (31/10/ 2015) lalu, digelar Seminar Nasional dengan mengundang Adian Yunus Yusak Napitupulu, anggota Komisi VII DPR RI dan Walikota Bogor Bima Arya, berduet dalam menyampaikan pemikiran mengenai “PeÂnataan Sistem Perekonomian Nasional berdasarÂkan Demokrasi Pancasila†yang diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Djuanda Bogor.
Dalam paparannya, Bima Arya menyampaiÂkan bahwa sistem perekonomian berdasarkan demokrasi Pancasila memang memiliki tantanÂgan dalam mengaplikasikannya karena terganÂtung sudut pandang masing-masing pemangku jabatan, apakah cenderung ke arah liberal atau sosial. Bagaimanapun, aplikasi perekonomian berÂdasarkan demokrasi Pancasila harus pro rakyat, diantaranya dengan cara menata program kerja yang akan dilakukan agar sesuai dengan kebutuÂhan rakyat. Penataan program dan penerapannya tentunya berimplikasi pada anggaran, sehingga membuat RAPBD yang efisien dan relevan menÂjadi fokus utama dalam pembenahan Kota Bogor.
“Tidak mudah menjadi pemimpin karena haÂrus mempertemukan antara wacana dan realita, antara perkataan dengan tindakan, terutama jika kita berada pada kondisi masyarakat yang mengÂinginkan hasil yang instan, yang cepat, yang palÂing mudah terlihat, padahal yang paling penting untuk diperbaiki adalah sistem, organisasi dan sumberdaya manusianya,†jelas Bima.
Bima memberi contoh pelaksanaan sistem seleksi online masuk SMA yang dikenal dengan PPDB Online, tujuannya adalah untuk transparÂansi proses penerimaan siswa.(*)