tamanr334_2JELANG jalan sehat KAHMI Forever, Sabtu : 6 Februari 2016, beberapa saat saya sempat berbincang dengan Walikota Bogor, Bima Arya. Saya suka dengan gagasannya tentang pembangunan kota sejuta taman. Kon­sep pemikirannya jelas. Saya juga sempat berbincang dengan beberapa guru besar dan doktor lulusan IPB yang hadir di Kebun Raya Bogor itu.

Oleh : Bang Sem Haesy

ADA spirit kuat memban­gun Bogor ke depan, ber­basis pencapaian prestasi dan kejayaan di masa lalu. Pembangunan yang bero­rientasi ke jaman baru, dengan berpijak pada di­mensi kultural sebagai inner energy yang memang sudah dimiliki Bogor secara historis.

Di hadapan lebih lima ra­tus peserta jalan sehat, itu, yang di antaranya adalah Dr. Akbar Tandjung, Menteri Agraria Ferry Mursidan Baldan, Sejumlah Anggota DPR RI, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa, Bupati Buton Utara, sejumlah Rektor, guru besar, dan lain­nya, Bima menegaskan ulang menjadikan Bogor bukan seba­gai kota “Sejuta Angkot” mel­ainkan kota “Sejuta Taman.”

Spirit yang senafas dengan aksi yang dilakukan Prabu Sili­wangi dan Prabu Surawisesa, ini tentu perlu perencanaan amat matang. Antara lain den­gan mengeksplorasi partisipa­si kongkret masyarakat Bogor. Partisipasi sosial merupakan kata kunci, dan mulai digerak­kan dari hal-hal yang paling sederhana. Khasnya dalam menjaga dan memelihara ling­kungan. Penghijauan kembali wilayah yang mengalami pe­nurunan kualitas lingkungan.

BACA JUGA :  Simak Ini untuk Tips Awet Muda, Salah Satunya Tidak Sarapan?

Partisipasi sosial itu sangat penting dalam keseluruhan konteks menjadikan kembali Pajajaran dan Pakuan – Jawa Barat dan Bogor di masa kini dan nanti, sebagai bagian dari keberjayaan Indonesia yang gemilang. Keberjayaan wilayah dan pemimpinnya, yang dicontohkan dari masa lalu, berdasarkan kesadaran satu visi, satu arah kepem­impinan, satu wilayah yang rakyatnya bahagia dan se­jahtera: watu gilang Pajaja­ran, watu gilang sang niskala, baheula sa balegandrung, sa sunda, sa diliwangi, gemah ri­pah kerta murti.

Partisipasi sosial yang mesti diolah-kembangkan dengan spirit kebersamaan dalam irama gerak langkah (program dan aksi) yang dibangun di atas harmonitas, di atas kesadaran kolektif dari perenungan kolek­tif juga, perlunya kebersamaan membangun wilayah (kota dan kabupaten) yang ideal sebagai arena hidup berkehidupan: Urang mindeng jejeumplangan ngajemplang-jemplingkeun diri, kalangkang baheula sa Pajaja­ran, sa Prabu, sa Balegandrung. Nu gandrung ka Sunda tandang.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Es Madu Lemon Blewah yang Enak Dinikmati saat Cuaca Panas

Kesadaran kolektif untuk bergegas agar tidak terting­gal isyarat zaman, isyarat perubahan transformatif era zaman global dengan segala karakternya. Jangan terlam­bat. Karena isyarat itu sudah bergema di mana-mana, di se­luruh wilayah negeri dan bah­kan dunia. Untuk kemudian bergegas bersama-sama untuk duduk bersama merancang masa depan lebih baik.

Bergerak ke ruang-ruang musyawarah dan partisipasi, untuk berkontribusi menyam­paikan pemikiran segar dan visioner melakukan pemban­gunan: Ulah rek kabeurangan di Pelung ngalingkung lembur. Hudang urang rarancagan. Rancag batan kuda lumpat, tarikna ku dedegungeun. Ke­bat ka ka Bale Rancage. Hayu di ditu gebur gumebyar.

Walikota, Bupati, pemer­intah Kota dan Kabupaten, Kampus, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan seluruh kom­ponen dan eksponen rakyat, kudu bersatu merumuskan masa depan dan strategi pen­capaiannya yang lebih baik.

============================================================
============================================================
============================================================