Untitled-14JAKARTA, TODAY — Survei Penjualan Eceran Maret 2016 mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan eceran meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Ma­ret 2016 yang tumbuh 11,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Februari 2016 yang sebesar 10,6% (yoy). Peningkatan pertumbu­han IPR Maret 2016 terjadi pada penjualan beberapa ke­lompok komoditas, dengan peningkatan pertumbuhan terbesar pada kelompok suku cadang dan aksesori, diikuti oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya. Secara regional, pertumbuhan pen­jualan eceran tertinggi terjadi di Bandung sedangkan per­tumbuhan terendah terjadi di Banjarmasin.

Meski masih tumbuh posi­tif, penjualan eceran pada April 2016 diperkirakan tum­buh melambat (11,3%, yoy). Perlambatan terbesar diperki­rakan terjadi pada penjualan komoditas peralatan infor­masi dan komunikasi. Pada April 2016 diperkirakan masih terjadi kontraksi penjualan komoditas BBM (-14,8%, yoy) dan penjualan barang lainnya (-13,5%; yoy), terutama komo­ditas sandang.

Survei juga mengindikasi­kan bahwa tekanan kenaikan harga pada Juni 2016 diperki­rakan akan meningkat seiring meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ra­madhan. Indikasi ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang yang tercatat sebesar 139,7 lebih tinggi dari 128,4 pada bulan se­belumnya. Namun demikian, tekanan kenaikan harga se­cara umum masih dalam tren menurun.

BACA JUGA :  Kecelakaan Truk Tronton Tabrak Toko-Rumah Warga Jepang Kudus, Diduga Rem Blong

Penjualan Riil Melambat

Pada April 2016, secara tahunan penjualan eceran di­perkirakan tumbuh melambat, terindikasi dari nilai IPR April 2016 sebesar 198,3 atau tum­buh sebesar 11,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan 11,6% (yoy) pada Maret 2016.

Perlambatan pertumbu­han diperkirakan terjadi pada penjualan beberapa kelompok komoditas, terutama pada ko­moditas peralatan informasi dan komunikasi, yang men­catat pertumbuhan sebesar 30,9% (yoy), lebih rendah dari 33,9% (yoy) pada Maret 2016, khususnya disebabkan oleh penurunan penjualan produk elektronik (audio/video).

Selain itu, pada April 2016 diperkirakan masih terjadi kontraksi penjualan komodi­tas BBM sebesar -14,8% (yoy), meskipun lebih tinggi diband­ingkan -14,9% (yoy) pada Maret 2016.

Secara bulanan, IPR April 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 0,8% (mtm), lebih ren­dah dibandingkan 3,5% (mtm) pada bulan sebelumnya.

Perlambatan penjualan diperkirakan terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas dengan pertumbu­han terendah pada kelompok peralatan informasi dan ko­munikasi sebesar -1,9% (mtm), terutama disebabkan oleh penurunan penjualan produk elektronik (audio/video).

BACA JUGA :  Simak Daftar Pebulu Tangkis Indonesia di Thomas Cup dan Uber Cup 2024

Seperti diketahui, pada kuartal I-2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercataat 4,92%. Melambat dibanding­kan kuartal IV-2015 yang men­capai 5,04%. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi ini.

Direktur Eksekutif De­partemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara, mengatakan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi ini karena terbatasnya pertumbu­han konsumsi pemerintah dan investasi. “Pelemahan konsum­si pemerintah dipengaruhi oleh pola musiman belanja pemer­intah di awal tahun yang masih relatif terbatas. Sementara itu, perilaku investor swasta yang masih cenderung menunggu (wait and see) berdampak pada masih lemahnya kegiatan in­vestasi, di tengah upaya untuk mempercepat proyek-proyek infrastruktur pemerintah,” tu­tur Tirta, kemarin.

Tirta mengatakan, kon­sumsi rumah tangga (RT) masih tumbuh kuat didukung oleh perkembangan harga yang terjaga. Dari sisi eksternal, se­jalan dengan kinerja ekspor beberapa komoditas yang mu­lai menunjukkan perbaikan, kinerja ekspor secara keseluru­han juga mengalami perbaikan, meskipun masih mengalami fase kontraksi alias tumbuh mi­nus.

(Yuska Apitya/dtk)

============================================================
============================================================
============================================================