PERNAH dengar perusahaan durhaka? Istilah ini muncul dan saya dengar pertama kali ketika berkunjung ke pabrik Ferrari di MaranelÂlo – Itali. Kemudian saya dengar dalam suatu pertemuan dengan sejumlah pengusaha di lingkungan Kansei Kankeiren (KADIN Kansei) dan kalangan pengusaha di Stockholm – Swedia.
N. Syamsuddin Ch. Haesy
Yang dimaksudÂkan dengan perusaÂhaan durhaka adalah kalangan industri atau perusahaan yang cuek alias tidak peduli dengan aksi penyelamaÂtan bumi dari perubahan iklim yang brutal. PerusaÂhaan yang tidak peduli dengan tanggungjawab lingkungan (fisik dan sosial). Karena sebagian terbesar perusahaan di dunia, menjalankan bisÂnisnya dan memperoleh keuntungan besar, dari kekayaan yang diberikan Tuhan di bumi. Industri otomotif dan seÂluruh perangkatnya, seperti industri ban, misalnya tumbuh dan berkembang dan menjadi besar karena bahan dasar inÂdustri dari perut bumi dan huÂtan. Apalagi perusahaan yang memang berbasis pertambanÂgan, termasuk industri semen sampai industri perhiasan berÂbasis logam. Luca, pemimpin utama Ferrari melakukan aksi konkret. Selain melakukan penghijauan di lingkungan pabrik, sampai dukungannya terhadap aksi reforestasi (penÂghutanan kembali) wilayah bumi yang gundul.
Jadi, perusahaan durhaka bukan hanya perusahaan berÂbasis perkebunan yang memÂbakari hutan untuk kepentinÂgan bisnis mereka. Melainkan seluruh perusahaan yang tidak peduli dengan semua upaya reforestasi. Termasuk perusaÂhaan yang mengabaikan prinÂsip-prinsip green economic.
Perusahaan-perusahaan semacam ini disebut sebagai perusahaan durhaka yang dikelola pendurhaka, karena tidak tergerak pada aksi pengÂhijauan.