MENDIDIK anak-anak yang memiliki kekurangan fisik bukanlah alasan untuk tidak memberi hak ilmu pengetahuan kepada mereka. Ini memang bukan perkara mudah dalam membimbing mereka. Namun, pendidikan adalah hak mutlak yang harus diterima semua anak-anak, tanpa terkecuali.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Sekolah Luar Biasa (SLB) Sejahtera BoÂgor, khususnya di kelas tunanetra punya cara sendiri dalam mendidik siswanya. Meskipun siswanya tidak mampu melihat dengan mata, mereka tetap bisa melihat dengan hati.
“Bila mata tidak bisa melihat, maka melihatÂlah dengan hati melalui telinga,†ujar Leni KusÂmiati, Kepala Sekolah SLB Sejahtera Bogor.
Leni menerangkan, menanamkan pendidiÂkan kepada anak penyandang disabilitas meruÂpakan sebuah pekerjaan yang berat karena membutuhkan banyak kesabaran. Memberikan kasih sayang juga diperlukan agar mereka tetap semangat dalam belajar di kelas.
Menurutnya, para siswa harus dilatih manÂdiri sejak dini. Seperti berlatih mencari kamar mandi, ruangan kelas, ruangan kepala sekolah dan lain-lain dengan iringan tepuk tangan dari gurunya. Para siswa harus mendengar dengan telitih arah suara tepuk tangan dari gurunya agar mereka tidak tersesat.
“Hari ini pelajaran yang diberikan yaitu tenÂtang warna, bentuk, rasa, TIK, tumbuhan, keÂadaan, buah-buahan dan sayur-sayuran,†tamÂbahnya.
Muhammad Soleh, guru tunanetra di kelas tunanetra menerangkan, kelas untuk tunaneÂtra di SLB Sejahtera hanya terdapat satu ruÂangan untuk jenjang SD. Muridnya berjumlah empat orang dan diisi oleh kelas 1-3 SD. Untuk SMP ruangan kelasnya di lantai dua. Jam peÂlajaran terbagi menjadi dua tergantung dari kelasnya, kelas 1-3 dari jam 08.00 – 10.30 WIB dan untuk kelas 4, 5, 6, SMP dari jam 08.00 – 12.00 WIB. (*)
