Jika dikatakan saat ini makin banyak kaum homoseksual dan lesbian yang bermunculan, inilah fenomena yang terjadi sekarang. Komunitas Lesbian, Gay, Bixesual dan Transgender (LGBT) saat ini sudah tidak malu-malu lagi untuk memamerkan kemesraan mereka di muka umum. Namun, banyak orang yang tidak tahu lesbian dan homo tidak bisa disebut sebagai penyakit, melainkan lebih cocok disebut sebagai gangguan kejiwaan yang menggambarkan kondisi mental. 35 persen kondisi mental ini mereka dapat dari faktor genetik, kemudian sisanya karena pengaruh lingkungan.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Homo dan lesbi sendiri dikatakan sebagai abnormalitas seksual alias penyimpangan seksual. Jadi, keduanya masuk ke dalam kategori psychological disorder, artinya gangguan kejiwaan, bukan psycologiÂcal desease atau penyakit kejiwaan.
“Kategori disorder atau gangguan ini artiÂnya, homo dan lesbi itu disebabkan karena gangguan mental. Ganguan ini 35 persen akibat faktor genetika, sisanya karena faktor kondisi sosial, pengaruh lingkungan menyumÂbang. Jadi contoh pengaruh lingkungan memÂberikan sumbangsih terbesar,†papar salah satu pakar psikolog , Metta Paramita, Psi, CBTD, CBA, kepada BOGOR TODAY.
Namun, tidak semua mereka yang homo dan lesbi ini bisa dikatakan menderita gangÂguan mental. Mereka yang dinyatakan terkena gangguan mental, apabila perilakunya sudah mengganggu lingkungan. Hal ini dianggap paÂtologi sosial atau penyakit masyarakat karena perilaku-perilaku mereka cenderung meresahÂkan dan mengganggu.
Jadi meskipun mereka memang gay atau lesbi, menurut Metta, selama tidak menggangÂgu masyarakat umum itu bukan suatu gangÂguan mental. “Jadi kalau mereka tidak mengÂganggu lingkungan sebenarnya gak masalah. Masalahnya hanyalah mereka punya orienÂtasi seksual yang berbeda dengan kebanyakan orang-orang normal,†terangnya.
Perubahan orientasi seksual, lanjut Metta, selain karena faktor lingkungan dan genetik, bisa juga dikarenakan trauma. Faktor dukunÂgan keluarga menjadi hal penting dan luar biÂasa dalam proses pemulihan mereka. Sehingga muncul rasa penerimaan kembali di masyaraÂkat, ini adalah obat yang paling mujarab agar mereka bisa berfungsi kembali sebagai kodrat mereka masing-masing.
“Perubahan orientasi seksual bisa berasal dari faktor lingkungan dan trauma masa kecil. Ini bisa dipulihkan dengan cara diajak untuk berdamai dengan masa lalunya dan terus diÂlakukan pendampingan dan dukungan agar dia tetap nyaman pada proses perubahan,†terang dia.
Meskipun bukan suatu hal yang menular, namun jumlahnya terus meningkat. Hal ini bukan karena masalah kejiwaan ini adalah sesÂuatu yang mudah sekali ditularkan, biasanya karena faktor iri dan tuntutan hidup yang seÂmakin tinggi. “Banyak yang berfikir homo dan lesbi ini memiliki ekonomi yang baik, mereka mampu memiliki fasilitas yang lengkap denÂgan gaya hidup bak sosialita, dari situ timbul rasa iri kepada oarng lain sehingga mulai terÂfikir untuk mengikuti gaya hidup gay dan lesÂbi,†pungkasnya.