JAKARTA, Today -Pemain kelahiran Manado, 9 SepÂtember 1985, ini sudah puluhan kali membuat nama Indonesia digaungkan di level internasional. Membuat semua orang pasti setuju bahwa Liliyana Natsir adalah pemain bulu tangkis putri terbaik Indonesia era 2000- an.
Segudang prestasi sudah berhasil diraih Liliyana selaÂma belasan tahun menjadi bagian dari tim nasional bulu tangkis Indonesia, termasuk medali perak Olimpiade Beijing 2008 bersama Nova Widianto Liliyana, si pemain multitalenta, tak hanya berprestasi di ganda campuran. Ia juga menorehkan prestasi membanggakan di sektor ganda putri bersama Vita Marissa, dengan menjuarai ChiÂna Masters 2007 dan Indonesia Open 2008.
Setelah Olimpiade Beijing 2008, Liliyana dan Nova “berceraiâ€. Nova pensiun, sedangkan Liliyana dicoba diÂpasangkan dengan Tontowi Ahmad. Awalnya uji coba ini dimaksudkan untuk mengangkat prestasi Tontowi, yang lebih muda. Namun Liliyana membuktikan bahwa dipaÂsangkan dengan siapa pun, ia mampu berprestasi. Lagi-lagi, Liliyana menjadi tumpuan dan harapan tim bulu tangkis Merah Putih.
Dengan membimbing Tontowi, yang kala itu masih minim pengalaman, Liliyana berhasil membuat duet mereka menjadi momok menakutkan bagi sejumlah ganÂda campuran papan atas. Sebut saja penguasa podium juara ganda campuran kala itu, Zhang Nan/Zhao Yunlei (Cina), Xu Chen/Ma Jin (Cina), Joachim Fischer Nielsen/ Christinna Pedersen (Denmark), yang kerap dibuat takÂluk oleh Tontowi/Liliyana. Pasangan ini juga mencetak sejarah baru sebagai ganda campuran pertama Indonesia yang mampu mencetak hat trick di All England 2012, 2013, dan 2014.
Dalam Kejuaraan Dunia 2013, yang kala itu berlangÂsung di Cina, Tontowi/Liliyana berhasil keluar dari “keÂroyokan†wakil tuan rumah dan di final menekuk Xu/Ma di hadapan publik Cina—sebuah perjuangan yang sangat luar biasa dipertontonkan pasangan Indonesia. Hingga kini, laga heroik itu terus menjadi perbincangan di kalanÂgan pencinta bulu tangkis Tanah Air.
Sering berada di puncak bukan berarti ia tak perÂnah merasakan pahitnya menelan kekalahan. Menjelang Olimpiade, prestasinya sempat menurun dan beberapa kali kalah oleh pemain yang tak diunggulkan. Ini menÂjadi pukulan untuknya, tapi tak ada kamus menyerah bagi Liliyana. Kegigihan Tontowi/Liliyana dibuktikan dengan gelar juara di Malaysia Open Super Series PreÂmier 2016.
“Liliyana adalah sosok yang pantang menyerah. KaÂlau kalah oleh lawannya, dia pasti sudah punya rencana untuk membalas. Biasanya, kalau habis kalah, saya tidak menelepon dia karena menjaga perasaannya. Tunggu saja beberapa hari, pasti dia yang akan telepon saya. Lalu Liliyana bilang di turnamen selanjutnya akan bertemu laÂwan yang mengalahkan dia dan bertekad akan balas kekaÂlahannya,†kata Auw Jin Chen, sang mama.