20150113_074718STANDARD Chartered Bank Indonesia akan mengikuti arahan stakeholder un­tuk menuju suku bunga rendah. Bahkan, Standard Chartered meyakini kebi­jakan itu akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Pemerintah mendorong suku bunga harus berada pada lev­el single digit atau paling tidak tujuh persen untuk suku bun­ga kredit. Hal ini juga didukung oleh berbagai upaya kebijakan Bank Indo­nesia (BI) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kita ikuti ketentuan pemerintah, kalau arahannya lebih baik kita adjust juga, sebagai bank kita ikuti arahan BI dan OJK,” ujar Country Head, Com­mercial Banking, Standard Chartered Bank Indonesia, Irvan Noor di Finan­cial Club Graha CIMB Niaga, Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Dirinya menambahkan, setiap kredit korporasi memiliki tingkat yang berbeda. Hal ini tergantung pada pro­fil serta risiko yang dimiliki oleh peru­sahaan tersebut.

“Enggak bisa bilang (berapa suku bunganya), karena tiap perusahaan profile risikonya beda-beda, yang profile risiko lebih rendah pasti suku bunga rendah,” ungkapnya.

Kendati begitu, dirinya optimistis suku bunga single digit akan terca­pai pada akhir tahun ini. Sementara itu, pertumbuhan kredit masih akan disesuaikan oleh otoritas terkait.

BACA JUGA :  CLBK, Gerindra Kota Bogor Putuskan Koalisi Bersama PKB di Pilkada 2024

“Harus optimistis pada tahun ini bakal sin­gle digit. Target pertumbuhan kredit komersial kita ikuti market dan ara­han BI, jadi kita harus tunggu. Sekitar 12 sampai 13 persen itu,” tandasnya.

Sementara itu, rencana OJK ini direspon baik oleh PT Bank Danamon Tbk (BDMN), untuk menurunkan bun­ga kredit korporasi dan komersial jadi di bawah 10 persen (single digit) ta­hun ini. Bunga kredit yang kini sudah single digit adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Chief Financial Officer Danamon, Vera Eve Lim, menyatakan akan men­dukung rencana OJK dalam efisiensi perbankan dalam negeri. Saat ini ru­ang efisiensi Bank Danamon masih terbuka lebar.

“Tentu ada rencana bagaiman agar bisa dengan (bunga) single digit untuk seg­men ko­rpora­si dan komersial, dan malah produk tertentu seperti KPR bunga di bawah 10 persen di awal bulan Maret. Kami Danamon dukung bunga bisa single digit,” un­gkapnya di Menara Bank Danamon Kuningan.

Kredit bank swasta ini pada kuar­tal I-2016, untuk segmen usaha kecil dan menengah kreditnya tumbuh 4 persen menjadi Rp 23 triliun dari seta­hun sebelumnya Rp 22,2 triliun.

BACA JUGA :  Tenggelam di Kolam Koi, Pelajar SMP di Lebak Tewas

Kredit untuk segmen perbankan korporasi tumbuh 6 persen menjadi Rp 17,4 triliun, sementara kredit untuk segmen perbankan komersial turun 3 persen menjadi Rp 15,4 triliun. Kredit syariah tumbuh 17 persen menjadi Rp 2,9 triliun.

Kredit usaha mikro melalui Bank Danamon Simpan Pinjam berada pada Rp 13,3 triliun atau turun 27 persen dari Rp 18.2 triliun di kuartal I-2015.

Pada kesempatan yang sama, Vera juga menanggapi rencana pengam­punan pajak alias tax amnesty yang akan diterapkan oleh pemerintah. Menurutnya, rencana tersebut akan memberi tambahan likuiditas bagi perbankan dalam negeri.

“Kita sangat sambut baik, Kalau pendanaan meningkat, likuiditas pasti semakin baik. Kalau funding menin­gkat, bank bisa akan menyalurkan kredit lebih baik,” katanya.

Vera mengatakan, yang jadi ma­salah di perbankan Indonesia saat ini adalah penyaluran kredit besar tapi tidak diimbangi dengan dana pihak ketiga (DPK). Pendanaan hanya tum­buh 7 persen di 2015, sementara kredit 10 persen.

“Saya pikir lebih bagus ka­lau likuiditas naik. Kalau ada tax amnesty kita akan tertantang menawarkan banyak produk past­inya. Terutama produk investasi,” ujarnya. (NET)

============================================================
============================================================
============================================================