JAKARTA, TODAYÂ – Menteri Pemuda dan Olahraga (MenÂpora) Imam Nahrawi mengiÂsyaratkan bahwa kompetisi bakal bergulir pada bulan ini. Imam berencana memanggil operatornya.
Pada 29 April menÂdatang kompetisi IndoÂnesia Soccer ChampionÂship (ISC) dijadwalkan mulai digelar. PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator juga telah berencana meÂminta izin rekomendasi kepada Menpora.
Imam mengaku dalam minggu ini piÂhaknya segera memanggil PT GTS untuk duduk berÂsama membahas kompetisi ISC. Nantinya, dalam pertemuan itu akan hadir BOPI (Badan OlahÂraga Profesional Indonesia) dan Tim Transisi.
Meski sudah memberikan lampu hijau, Imam tetap menegasÂkan bahwa ada syarat-syarat yang harus diÂpenuhi, terutama soal reformasi tata kelola sepakbola Indonesia.
“Saya akan melihat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Saya ingin agar betul-betul ada perubahan yang signifikan lah, ada reÂformasi di situ. Contohnya harus transparÂan, soal komitmen dengan pemain, gajinya seperti apa, gaji wasit, klub bagaimana,” ujar Imam di sela-sela acara launching pembangunan 1 Desa 1 Lapangan, di Bogor, Rabu (13/4).
Dirinya ingin sepakbola dinikmati oleh semua, mulai dari pemain, suporter, klub. Ke depannya, sepakbola harus kembali ke jati dirinya alat perekat bangsa, bukan jadi permusuhan.
“Saya minta untuk bersabar, kami seÂdang meminta waktu kepada Pak Presiden ( Joko Widodo) untuk hadir di kick-off,” tuÂkasnya.
Sebagai langkah kongrit, pria 42 tahun itu akan bertemu dengan PT Gelora TriÂsula Semesta (PT GTS) selaku operator ISC. “Saya sudah menugaskan deputi saya unÂtuk segera memanggil operator ISC,†ujar Imam.
Pertemuan kedua belah pihak tersebut rencananya bakal terjadi pekan ini. Imam berharap, pihak GTS dapat memberikan pemaparan yang jelas terkait ISC.
“Kami perlu tahu kontrak pemain sepÂerti apa, gaji wasit seperti apa, lalu profit yang diterima operator seperti apa dan seÂbagainya,” ungkap Imam.
Pria asal Jawa Timur itu menambahkan, selama ini pihaknya tidak pernah menghaÂlangi bergulirnya kompetisi sepakbola di tanah air. “Mari kembalikan sepakbola sebÂagai perekat dan pemersatu bangsa,” pungÂkasnya.
Minta Klub-klub Merger Transparan
Jelang digelarnya kompetisi liga beberÂapa klub melakukan merger serta akuisisi. Kementerian Pemuda dan Olahraga (KeÂmenpora) meminta ada keterbukaan dan transparansi soal proses tersebut.
Surabaya United baru saja melakukan merger dengan PS Polri. Mereka akhirnya sepakat menggunakan nama Surabaya United Bhayangkara sebagai konsekuensi atas proses merger tersebut.
Sebelumnya, PS TNI juga melakukan hal yang sama. Mereka mengakuisisi PersirÂam Raja Ampat untuk tampil di Indonesia Soccer Championship (ISC). Bahkan PS TNI berencana menggunakan Stadion SiliwanÂgi, Bandung, sebagai homebase.
Namun berapa nominal yang dikeluarÂkan dalam proses tersebut, belum diumumÂkan kepada publik. Hanya, proses akuisisi antara PS TNI dengan Persiram Raja Ampat dikabarkan menghabiskan Rp 17 miliar.
Kepala Bidang Komunikasi Kemenpora, Gatot S Broto, mengatakan, bahwa pemerÂintah tidak bisa ikut campur masuk ke raÂnah tersebut. Sebab proses merger atau akuisisi dinilanya karena murni bisnis anÂtar klub.
“Di dalam UU SKN tidak mengatur tenÂtang itu. Karena ini murni bisnis, jadi kami tidak bisa masuk ke sana,” ujar singkat GaÂtot di Bogor, Rabu (13/4).
Namun demikian, Gatot menilai harus ada transparansi dalam proses tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak berdampak negatif di kemudian hari.
“Kami tetap meminta adanya keterbuÂkaan, transparansi. Berapa sih saham yang diterima klub A, atau klub B ini, prosesnya seperti apa. Bagaimana komitmennya denÂgan pemain juga harus terbuka. Itu yang seÂdang kami dorong,” lanjut dia.
(Imam/net)