Isu pemangkasan margin bank yang berembus pekan lalu, membuat saham-saham perbankan anjlok. Seperti diketahui, awal pekan lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Tentang Insentif dalam Rangka Peningkatan Efisiensi.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Dalam peraturan tersebut, OJK tengah menyiapkan inÂsentif bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi. Insentif ini diberikan pemerintah agar bank bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi melalui penyesuaian marginÂnya, OJK telah menyiapkan berbagai insentif.
OJK berharap, margin perbankan di Indonesia bisa sejajar dengan Thailand di kisaran 3-4% dalam 1-2 tahun ke deÂpan. Dalam arti, OJK tidak serta-merta memaksa bank untuk memangkas marÂgin hingga 3-4%.
Namun, hal tersebut malah dirÂespons negatif oleh para pelaku pasar. Investor rama-ramai menarik dananya dari pasar modal. Pasar saham pun jatuh.
Lantas, apa komentar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad? “MungÂkin karena orang masih menunggu kali. Menurut saya justru akan mendorong pertumbuhan ekoÂnomi yang lebih bagus dan pada giliÂrannya akan memberikan peluang unÂtuk tumbuh dan berkembang semua sektor, termasuk sektor perbankan,†ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (22/2/2016).
Menurutnya, insentif tersebut jusÂtru akan memberikan kemudahan bagi para pelaku industri keuangan. DenÂgan efisiensi, yang salah satunya denÂgan menekan margin, maka tingkat suku bunga kredit bisa lebih rendah. Ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat.
“Jadi dengan tingkat suku bunga yang semakin rendah, karena BI juga kemarin memberikan kelonggaran, kemudian saya mendorong insentif, kita harapkan tingkat suku bunga bisa turun, ekoÂnomi meningkat, menciptakan lapangan kerja, bagus bagi semua sekÂtor, jadi nanti seperti itu dampaknya,†jelas dia.
Perlu diketahui, Jumat pekan lalu, aksi jual di saham-saham perbankan cukup ramai. Perputaran uang sektor finansial di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 3,2 triliun dari total transÂaksi saat itu di Rp 8,1 triliun.
Seperti dikutip dari data perdaganÂgan BEI, Jumat (19/2/2016), dari total transaksi sektor finansial Rp 3,2 triliun tersebut, investor asing melakukan jual bersih hingga Rp 568,2 miliar.
Jumlah penjualan bersih itu lebih dari setengah total penjualan bersih inÂvestor asing (foreign net sell) yang menÂcapai Rp 912,406 miliar.
Rata-rata saham perbankan yang jadi sasaran aksi jual. Akibatnya, banyak perbankan kelas berat yang beÂrakhir jadi top losers alias saham yang terkoreksi paling dalam hari ini.
Saham-saham bank yang jatuh cukup dalam di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -4,59%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) -4,37%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -2,61%, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) -6,42%.