JAKARTA,TODAY – Â Perusahaan listrik negaÂra, PT PLN ( P e r s e r o ) kembali meÂnaikan tarif listrik beberÂapa golongan pelanggan untuk periode Juli 2015. Sama dengan periode sebelumnya, penaikan tarif terjadi untuk 10 golonÂgan meliputi kategori rumah meÂwah, restoran, mal, hingga industri menengah dan besar.
Mengutip daftar penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustÂment) PLN Juli 2015, golongan p e l a n g Âgan listrik rumah t a n g g a mewah (R2/TR) dengan pemakaian daya 3.500 kVa sampai 5.500 kVa mengalami penaikan sekitar Rp 23,7 per kilowatt per hout (kWh) menjadi Rp 1.547,94 per kWh.
Begitupun dengan pelanggan rumah mewah (R3/TR) berdaya lisÂtrik 6.600 kVa ke atas, bisnis menenÂgah B2 dengan daya 6.600 kVA hingga 200 kVA, kantor pemerintah P1 dengan 6.600 kVA sampai 200 kVA, serta penerangan jalan umum P3 yang saat ini dikenakan tarif Rp 1.547,94 per kWh.
Sementara untuk pelanggan lisÂtrik golongan dengan kategori bisnis besar B3 di atas 200 kVA, industri beÂsar I3 di atas 200 kVA dan pemerinÂtah P2 di atas 200 kVA penaikan tarif berkisar Rp 18,66 per kWh dari Rp 1.200,65 per kWh pada Juni menjadi Rp 1.219,31 per kWh di Juli 2015.
 “Kenaikan tarif listrik 10 golongan pelangÂgan ini tak lepas dari volatilitas nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, naiknya harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP), dan inflasi,†kata Pengamat EkonoÂmi IPB, Mohammad Findi, Jumat (3/7/2015).
Dirut PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), Sofyan Basyir mengatakan, tidak ada kenaikan untuk tarif listrik nonsubsidi. MenuÂrut dia, yang ada hanya penyesuaian tarif sesuai kurs dan harga BBM.
“Kalau di atas 2.200 (Watt) itu 4.400 meÂmang tarifnya selalu menyesuaikan dengan kurs dan BBM. Kalau , enggak ada kenaikan, tidak naik. Ya naik turun,†ujar Sofyan Basyir di JaÂkarta Convention Center (JCC.
Da menegaskan, penyesuaian mengikuti kurs dan harga BBM memang sudah diterapkan dari awal. “Jadi enggak ada sama sekali perintah naik. Dia memang penyesuaiannya ditentukan dari awal menyesuaikan BBM dan kurs,†beber dia.
Rumah Kecil Aman
Pada bagian lain, PLN mengumumkan tak menaikan tarif listrik untuk pelanggan rumah dengan daya 1.300 kVA dan 2.200 kVA (R1/TR). Bulan ini, tarif listrik dua golongan tadi tetap di level Rp 1.352 per kWh. Padahal, beberapa waktu lalu pemerintah mencanangkan akan mulai menerapkan penyesuaian tarif mengacu Peraturan Menteri ESDM No 9 Tahun 2015 tenÂtang Perubahan Atas Permen ESDM No 31 TaÂhun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang DiseÂdiakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara.
Begitu pun dengan tarif listrik pelanggan subsidi dengan daya 450 kVA dan 900 kVA yang juga tak mengalami penaikan tarif.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (ApÂrindo) menyatakan, keputusan penaikkan tarif listik untuk periode Juli 2015 bakal membuat harga barang naik dan mengancam target inflasi pemerintah.
“Jangan sampai target inflasi yang dicanangÂkan jadi sia-sia. Aneh, ketika punya target untuk mengendalikan inflasi, malah membiarkan peÂnaikan listrik yang berpotensi membuat inflasi naik,†ujar Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Aprindo, kemarin.
Dia menyatakan, penaikan tarif dasar listrik mau tidak mau bakal membuat harga produk inÂdustri naik. Hal itu juga bakal terus merembet ke harga ritel atau harga jual pasaran. Menurutnya, hal tersebut adalah efek domino yang pasti terjadi.
“Mau tidak mau, harga dari industri naik. Kami juga harus jaga margin kami donk. Efeknya harga eceran juga bakal naik. Listrik bagi indusÂtri kan pengaruhnya sangat besar,†ungkapnya.
Dia menilai, efek utama penaikan tarif dasar listrik memang kepada industri hulu yang memÂproduksi barang. Dari sisi bisnis ritel, lanjutnya, untuk yang skala kecil dan menengah mungkin tidak terlalu besar. Namun yang berkecimpung di sektor ritel skala besar, bakal jadi hambatan. “Untuk ritel skala kecil sampai menengah mungÂkin sekitar 1-2 persen komposisi biaya listriknya. Namun, untuk yang skala besar seperti jaringan departement store, supermarket dan hypermarÂket di mal, pasti bakal lebih besar,†jelasnya.
Dia mengakui, penaikan tarif dasar listrik memang merupakan hal yang terus terjadi. PaÂdahal, pihaknya bersama Apindo sudah sering berdiskusi dengan PLN untuk membahas hal tersebut “Memang posisi ini sulit. Apalagi ketika kami melihat PLN sebagai korporasi yang juga mencari keuntungan. Mereka (PLN) juga pasti punya target,†kata Tutum.
(Yuska Apitya Aji)