PAKISTAN TODAY – Gelombang panas yang melanda Pakistan terus menelan korban jiwa. Bahkan kini, jumlah korban jiwa telah mencapai lebih dari 1.000 orang.

Sebagian besar korban dilapor­kan di kota Karachi, provinsi Sindh. Ini merupakan gelombang panas terburuk di kota itu dalam kurun waktu hampir 35 tahun.

Banyaknya korban jiwa menye­babkan rumah-rumah mayat kele­bihan kapasitas. Apalagi banyak jenazah yang belum diambil pihak keluarga.

“Korban jiwa akibat gelombang panas kini telah melampaui angka 1.000 orang. Kematian-kematian ini kebanyakan terjadi di rumah sakit pemerintah dan beberapa rumah sakit swasta besar,” ujar Anwar Ka­zmi, pejabat senior organisasi sosial Edhi Foundation, yang mengelola rumah mayat.

“Ada banyak kematian yang ti­dak dilaporkan di beberapa rumah sakit kecil,” imbuh Kazmi seperti di­lansir kantor berita Reuters, Kamis (25/6/2015).

Di Propinsi Sindh, ratusan pasien serangan gelombang panas dirawat di rumah sakit pemerintah. Suhu tertinggi yang pernah melan­da Karachi adalah 47 derajat celsius yang terjadi pada 1979.

Menurut Dr Semee Jamali, ke­pala unit darurat di Rumah Sakit Jinnah di Karachi, mayoritas kor­ban meninggal adalah kaum lanjut usia. “Pasien korban gelombang pa­nas dibawa ke rumah sakit dengan kondisi demam tinggi, tidak sadar­kan diri, dehidrasi, dan kejang-ke­jang,” ujar Dr Semee Jamali.

Sebelumnya pada Mei lalu, gel­ombang panas serupa juga melanda India. Saat itu, sekitar 2.000 orang meninggal akibat terpapar suhu udara yang rata-rata mencapai 48 derajat celsius.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================