Untitled-5Melihat anak kecil sibuk dengan gadget tampaknya kini sudah menjadi pemandangan yang umum. Anak-anak tak lagi menghabiskan waktu dengan bermain sepeda atau bermain bola dengan teman-temannya di luar rumah

Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]

Menghabiskan waktunya den­gan bermain gadget. Ini tentu bukan tanpa efek nega­tive. Karena itu, orangtua perlu mengenali tanda anak kecanduan gadget, agar dapat segera diatasi dan tak berefek buruk pada perkembangan anak, baik psikis maupun fisik.

Sejatinya, semua hal berbau teknologi diciptakan demi memudahkan manusia. Demikian pula gadget. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari sebuah gadget. Ten­tang smartphone, kita dapat menggunakan­nya kapan dan di mana saja. Dengan koneksi internet, kita bisa melakukan apa saja den­gan handphone canggih ini; bertukar pesan, menjelajah dunia maya, sampai membaca berita-berita terkini dari seluruh dunia.

Meski begitu, di balik manfaatnya, ke­terikatan pada gadget tanpa kenal waktu tentu menyimpan ancaman, yang terbesar adalah ”kecanduan”, ini juga berlaku pada anak-anak. Banyak anak-anak di bawah lima tahun yang sudah begitu akrab dengan gadg­et. Tak hanya terjadi di Indonesia, kondisi ini pun dialami hampir di seluruh dunia.

Di Inggris, umpamanya, seorang anak perempuan berusia 4 tahun dilaporkan men­galami kecanduan iPad dan harus dirawat oleh psikiater. Gadis cilik ini digambarkan telah terobsesi dengan iPad. Saat iPad-nya diambil, dia akan mengamuk, tidak dapat dihibur, dan tidak mampu mengontrol ting­kah lakunya.

Kira-kira seperti itulah ciri anak yang be­gitu ketergantungan dengan gadget. Mereka akan sangat terikat dengan perangkat itu dan ingin selalu bermain tanpa henti. Per­ilaku kecanduan ini juga ditandai dengan perasaan kurang nyaman, gelisah, cemas, dan marah, bahkan mengamuk saat gadg­etnya diambil.

BACA JUGA :  Kontrol Kadar Kolesterol usai Lebaran dengan 5 Makanan Murah Ini

Berikut ciri-ciri anak kecanduan gadget:

Waktu bermain cukup lama, di atas 6 jam.

  • Anak akan marah, sedih, atau frustrasi kalau tidak bermain. Saat orangtua menolak meminjamkan gadget, anak bisa naik pitam. Demikian juga, bila orangtua hendak mengambil gadget yang sedang dimainkan anak.
  • Enggan bersosialisasi, anak lebih sibuk dengan gadget-nya.
  • Rutinitas terganggu (malas makan/ mandi).
  • Bolos sekolah, lalai mengerjakan tugas sekolah. Berbagai pekerjaan rumah dibiarkan menumpuk tanpa tersen­tuh.
  • Pola tidur terganggu. Ini karena anak senang bermain sampai larut malam.

Nah, bila mendapati tanda-tanda anak kecanduan gadget , orangtua jangan panik dulu, masih banyak jalan untuk mengata­sinya. Langkah-langkah berikut ini dapat membantu mengatasi kecanduan gadget pada anak:

1. Kurangi frekuensi bermain se­cara bertahap.

Jangan hentikan kebiasaan anak bermain gadget sekaligus. Cobalah menguranginya secara bertahap. Penghentian sekaligus hanya akan membuat anak memberontak dan marah besar. Coba kurangi dari yang biasanya 8 jam sehari, menjadi 6 jam sehari se­lama satu minggu, kurangi lagi menjadi 4 jam di min­ggu berikutnya, demikian seterusnya. Batas mak­simal anak bermain gadget adalah 2 jam/ hari.

2. Ajak anak bersosialisasi dengan te­man sebaya.

Bisa jadi anak bermain gadget, karena tidak ada aktivitas menyenangkan dengan teman-teman sebaya. Untuk itu, ajak anak untuk bermain dengan teman sebayanya, bisa dengan mengundang teman-temannya ke rumah atau ajak ia berkunjung ke rumah temannya di sekolah. Dengan banyak teman, ia akan sibuk dengan teman-temannya itu. Dorong mereka untuk bermain aktif, seperti bermain bola, petak umpet, dan sebagainya.

3. anak dengan berbagai aktivitas me­narik.

Sediakan alternatif permainan penggan­ti, sehingga anak lebih menikmati aktivitas itu, daripada sekadar bermain gadget. Per­mainan yang dipilih sarat dengan interaksi, komunikasi, kerja sama, dan lain-lain. Entah bermain kartu UNO, monopoli, bermain bola tangkap, dan lain-lain.

BACA JUGA :  Kurangi Peradangan Pada Tubuh, Ini Dia Buah Terbaik yang Bisa Dikonsumsi

4. Berikan reward.

Jangan sungkan untuk memberikan had­iah pelukan, ciuman, acungan jempol saat anak berhasil mengurangi frekeuensi ber­main gadget-nya.

5. Jadilah panutan.

Jangan salahkan anak betah lama ber­m a i n gadget kalau k i t a sendiri nonstop B B M – a n a t a u setiap 5 menit sekali membuat postingan di Facebook. Apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Jika ingin mengendalikan anak bermain gadget, cobalah kendalikan diri kita untuk tidak berlama-lama menyentuh smartphone. Bisa juga dibuat aturan untuk seluruh anggota keluarga, misal, tidak ber­main handphone saat makan bersama.

6. Jangan beri anak gadget .

Ini sekadar imbauan. Dengan tidak me­miliki gadget, orangtua memiliki kendali lebih. Gadget milik orangtua, anak hanya meminjam. Entah dari fungsi pengawasan, sekaligus lebih memudahkan orangtua saat hendak mengatasi anak yang kecanduan gadget.

7. Kapan datangi ahli?

Orangtua sebaiknya mendatangi ahli, entah psikolog atau psikiater, bila langkah-langkah di atas sudah diterapkan, tapi tidak berhasil. Anak semakin sulit diatur, sering mengamuk bila gadgetnya diambil, dan men­unjukkan perilaku lain yang sangat meng­ganggu. Ahli akan mengobservasi penyebab kecanduan gadget pada anak. Kemudian akan melakukan berbagai intervensi untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak.

8. Fakta anak kecanduan gadget:

16.000 pound atau sekitar 300 juta rupiah lebih merupakan biaya ”digital detox” selama 28 hari yang harus dibayar orangtua di Inggris saat anak-anaknya mengalami ”kecanduan” gadget. ”Digital detox ” merupakan program re­habiltasi ”kecanduan” gadget yang didesain oleh Dr. Richard Graham dari Capio Nightingale Hospi­tal, London. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================

1 KOMENTAR

  1. Anak anak adalah pihak yang paling rentan terkena dampak buruk radiasi, dengan resiko 10 kali lebih besar dibanding orang dewasa, dikarenakan anak anak menyerap 2 kali lipat lebih banyak jumlah radiasi dibanding orang dewasa, karena tulang tengkorak kepala yang lebih tipis dengan jumlah cairan di kepala lebih banyak.