Bisnis brokerage (broker) ikut padam seiring bergejolaknya perekonomian. Perusahaan sekuritas mau tidak mau melakukan efisiensi untuk tetap bertahan
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Marciano Herman, Presiden DirekÂtur PT Danareksa Sekuritas menjelasÂkan, bisnis harus tetap berjalan meskipun kondisi pasar modal sedang tidak bergairah. Untuk mengatasi hal ini, pihaknya fokus pada manajemen alokasi sumber daya. Pihaknya juga menyusun strategi portofolio serta melakukan diversifikasi bidang usaha, sehingga di saat satu bisnis sedang lesu, bisnis yang lain tetap dapat menoÂpang perusahaan.
“Per akhir Juni, volume transaksi rata-rata harian kami turun sekitar 5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi pada bisnis brokerage. Namun pada bisÂnis investment banking tetap bertumbuh,†terang Marciano Herman seperti dikutip KonÂtan, Minggu (12/7/2015).
Marciano bilang, di saat bisnis brokerage sedang sepi, pihaknya memperkuat bisnis investment banking. MenuÂrutnya, banyak peluang yang bisa dioptimalkan pada bisnis investment banking.
Sebab, cakupan bisnis ini cukup luas meliputi bisnis adviÂsory financial dan investasi serÂta penjaminan emisi. Sebagai gambaran, bisnis investment banking Danareksa Sekuritas sepanjang semester I-2015 tumÂbuh 30% dari sisi pendapatan dibanding periode yang sama tahun lalu.
Danareksa mengaku tidak secara khusus melakukan efisiensi lantaran pasar yang lesu. Menurutnya, efisiensi seÂlalu dilakukan secara berkelanÂjutan, tidak hanya dalam kondisi krisis. Efisiensi terseÂbut antara lain penggunaan teknologi, perbaikan sistem operasi dan perbaikan bisnis proses.
Efisiensi lainnya berupa analisa penambahan atau pengurangan kantor cabang. Hal ini demi menjaga efektiviÂtas dan efisiensi perusahaan. Adapun penutupan kantor cabang dinilai karena tidak berkontribusi sesuai haraÂpan. Namun sayangnya, MarÂciano enggan merinci wilayah penambahan dan penutupan kantor cabang.
Sejauh ini, market share brokerage saham Danareksa Sekuritas antara 2%-3%. MarÂket share brokerage obligasi kisaran 5% hingga 20%. Hal ini bergantung besaran (size) penjaminan emisi obligasi. SeÂmentara fee brokerage berkisar antara 1,7%-2,7%.
Boris Sirait, Equity Sales PT NISP Sekuritas menuturÂkan, kebanyakan perusahaan sekuritas telah beroperasi dengan biaya yang minim. Jika broker-broker kakap memiliki beban (cost) besar terhadap riset, pihaknya tidak terbebaÂni dengan hal itu. Sebab, seluÂruhnya sudah diminimalisasi. “Kami tidak banyak melakuÂkan efisiensi karena cost-nya sudah rendah. Kantor kami juga hanya dua di Jakarta,†ujar Boris.
Untuk diketahui, rata-rata volume transaksi harian NISP Sekuritas turun dari Rp 40 miliar-Rp 50 miliar pada seÂmester I-2014 menjadi Rp 30 miliar-Rp 40 miliar pada seÂmester I-2015. Melihat lesunya transaksi ini, NISP menahan diri untuk tidak membuka kantor cabang baru.
Tahun lalu, pihaknya menuÂtup kantor cabang di Bandung lantaran ketatnya persaingan. Saat ini, NISP fokus pada kanÂtor pusat NISP Sekuritas di Kasablanka dan kantor cabang di Pluit.
“Karena bisnis kami hanya brokerage, kami berharap pemerintah dan BEI dapat mendorong agar pelaku pasar kembali bernyali bertransakÂsi. Kita menyambut baik soal fraksi harga di BEI. Semoga bisa kembali menggairahkan pasar,†tutupnya.