333BOGOR, TODAY — Harga tomat di tingkat pet­ani Garut, Cianjur, dan Bandung anjlok hingga Rp 200/kg. Harga tersebut hanya 5% dari har­ga tomat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur sebesar Rp 4.000/kg. Musim panen to­mat justru menjadi petaka bagi petani.

Direktur Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian (Kementan) Yanu­ardi mengaku langsung bergerak cepat menga­tasi merosotnya harga tomat di tingkat petani dengan berbagai langkah. “Langsung rapat den­gan kementerian terkait (Kementerian Perdagan­gan). Ada beberapa langkah jangka panjang dan jangka pendek,” jelas Yanuardi, akhir pekan lalu.

Yanuardi menyebut, dalam jangka pendek pihaknya akan memborong tomat petani di sentra-sentra produksi tomat di Jawa Barat untuk memasok kebutuhan sayur di pasar tani yang digelar sejumlah lembaga negara. “Ini kan mau perayaan 17 Agustus. Kita serap sebanyak-banyaknya dari petani dan dijual langsung di Jakarta. Dari Kemendag juga ada, saya nggak tahu jumlah persis­nya, dan ini kan langkah darurat,” ujarnya.

Untuk pengadaan tomat di program pasar tani tersebut, sam­bung Yanuardi, pihaknya akan membeli tomat petani di atas har­ga pokok pembelian petani sebe­sar Rp 2.000-2.200/kg.

BACA JUGA :  DPRD Desak Pemkot Selesaikan Masalah Kemiskinan dan Pengangguran di Kota Bogor

Sementara untuk jangka pan­jang, kata Yanuardi, Kementan juga tengah menjajaki komitmen kerjasama dengan industri dalam negeri untuk menambah serapan tomat dari petani lokal. “Sudah kita minta industri supaya ambil lebih banyak dari tomat lokal. Itu upaya-upaya jangka panjang kita,” terang Yanuardi.

Yanuardi melanjutkan, selain meminta industri lebih aktif me­nyerap tomat petani, pihaknya juga sudah melakukan komitmen kerjasama baru dengan beberapa supermarket di Jabodetabek un­tuk menampung kelebihan paso­kan tomat tersebut.

“Ada. Contohnya Carrefour di Lebak Bulus. Itu yang melakukan Dirjen Perdagangan Dalam Neg­eri Kemendag, minta supaya ritel ikut bantu harga di petani,” imbuh Yanuardi.

Para petani tomat di Band­ung, Garut, dan Cianjur saat ini sedang panen raya. Sayangnya ha­sil kerja keras petani tak terbayar karena harga tomat sedang jatuh bahkan tak laku dijual. Kondisi ini membuat petani sedikit frustasi dan melimpahkan kekesalannya dengan membuang tomat hasil panennya ke jalan. “Ya betul, pet­ani buang tomat ke jalan,” kata Yanuardi.

Ia juga mengakui, saat ini harga tomat sedang jatuh karena pasokan berlimpah, petani sedang panen raya tomat. “Memang har­ga tomat sekarang sedang jatuh,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Kasus DBD Melonjak, Kota Bogor Siap Lakukan Gerakan Jumantik Lebih Masif

Yanuardi mengungkapkan, harga tomat di daerah tersebut hanya Rp 200 per kg, bahkan sam­pai tidak laku dijual. “Harga tomat di sana hanya Rp 400 per kg, bah­kan ada yang katanya sampai Rp 200/kg, padahal modal petani pu­luhan juta,” tutupnya.

Yanuardi mengaku sudah mendapat kabar aksi buang to­mat ke jalan yang dilakukan pet­ani. “Memang harga tomat seka­rang sedang jatuh. Makanya kita langsung rapat, termasuk dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag,” kata Yanuardi.

Menurut Yanuardi, anjloknya harga tomat akibat rantai dis­tribusi yang kurang efisien dan panjang. “Harga tomat di Pasar Induk Kramat Jati tadi saya pantau Rp 4.000/kg. Di pasar tradisional tentu lebih tinggi lagi, ini masalah distribusi,” ujarnya.

Ia menambahkan, karakter masa panen tomat juga berbeda dengan jenis sayuran lain yang sering mengalami kelebihan paso­kan di sentra produksi tomat. “Di sana Rp 400/kg. Di sini Rp 4.000/kg. Sebenarnya yang untung ban­yak kan pedagang, tapi kita nggak bisa salahkan mereka juga, karena tomat kan pengangkutanya susah dan beresiko, selain itu memang cepat busuk,” imbuh Yanuardi.

(Alfian M|detikfinace)

============================================================
============================================================
============================================================