BOGOR, TODAY — Harga tomat di tingkat petÂani Garut, Cianjur, dan Bandung anjlok hingga Rp 200/kg. Harga tersebut hanya 5% dari harÂga tomat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur sebesar Rp 4.000/kg. Musim panen toÂmat justru menjadi petaka bagi petani.
Direktur Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian (Kementan) YanuÂardi mengaku langsung bergerak cepat mengaÂtasi merosotnya harga tomat di tingkat petani dengan berbagai langkah. “Langsung rapat denÂgan kementerian terkait (Kementerian PerdaganÂgan). Ada beberapa langkah jangka panjang dan jangka pendek,†jelas Yanuardi, akhir pekan lalu.
Yanuardi menyebut, dalam jangka pendek pihaknya akan memborong tomat petani di sentra-sentra produksi tomat di Jawa Barat untuk memasok kebutuhan sayur di pasar tani yang digelar sejumlah lembaga negara. “Ini kan mau perayaan 17 Agustus. Kita serap sebanyak-banyaknya dari petani dan dijual langsung di Jakarta. Dari Kemendag juga ada, saya nggak tahu jumlah persisÂnya, dan ini kan langkah darurat,†ujarnya.

Untuk pengadaan tomat di program pasar tani tersebut, samÂbung Yanuardi, pihaknya akan membeli tomat petani di atas harÂga pokok pembelian petani sebeÂsar Rp 2.000-2.200/kg.
Sementara untuk jangka panÂjang, kata Yanuardi, Kementan juga tengah menjajaki komitmen kerjasama dengan industri dalam negeri untuk menambah serapan tomat dari petani lokal. “Sudah kita minta industri supaya ambil lebih banyak dari tomat lokal. Itu upaya-upaya jangka panjang kita,†terang Yanuardi.
Yanuardi melanjutkan, selain meminta industri lebih aktif meÂnyerap tomat petani, pihaknya juga sudah melakukan komitmen kerjasama baru dengan beberapa supermarket di Jabodetabek unÂtuk menampung kelebihan pasoÂkan tomat tersebut.
“Ada. Contohnya Carrefour di Lebak Bulus. Itu yang melakukan Dirjen Perdagangan Dalam NegÂeri Kemendag, minta supaya ritel ikut bantu harga di petani,†imbuh Yanuardi.
Para petani tomat di BandÂung, Garut, dan Cianjur saat ini sedang panen raya. Sayangnya haÂsil kerja keras petani tak terbayar karena harga tomat sedang jatuh bahkan tak laku dijual. Kondisi ini membuat petani sedikit frustasi dan melimpahkan kekesalannya dengan membuang tomat hasil panennya ke jalan. “Ya betul, petÂani buang tomat ke jalan,†kata Yanuardi.
Ia juga mengakui, saat ini harga tomat sedang jatuh karena pasokan berlimpah, petani sedang panen raya tomat. “Memang harÂga tomat sekarang sedang jatuh,†ungkapnya.
Yanuardi mengungkapkan, harga tomat di daerah tersebut hanya Rp 200 per kg, bahkan samÂpai tidak laku dijual. “Harga tomat di sana hanya Rp 400 per kg, bahÂkan ada yang katanya sampai Rp 200/kg, padahal modal petani puÂluhan juta,†tutupnya.
Yanuardi mengaku sudah mendapat kabar aksi buang toÂmat ke jalan yang dilakukan petÂani. “Memang harga tomat sekaÂrang sedang jatuh. Makanya kita langsung rapat, termasuk dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag,†kata Yanuardi.
Menurut Yanuardi, anjloknya harga tomat akibat rantai disÂtribusi yang kurang efisien dan panjang. “Harga tomat di Pasar Induk Kramat Jati tadi saya pantau Rp 4.000/kg. Di pasar tradisional tentu lebih tinggi lagi, ini masalah distribusi,†ujarnya.
Ia menambahkan, karakter masa panen tomat juga berbeda dengan jenis sayuran lain yang sering mengalami kelebihan pasoÂkan di sentra produksi tomat. “Di sana Rp 400/kg. Di sini Rp 4.000/kg. Sebenarnya yang untung banÂyak kan pedagang, tapi kita nggak bisa salahkan mereka juga, karena tomat kan pengangkutanya susah dan beresiko, selain itu memang cepat busuk,†imbuh Yanuardi.
(Alfian M|detikfinace)