Lomba Hormat Bendera belum dimulai. Jauh hari sebelum pelaksanÂaan lomba, Lukas Tunggulryadi pernah bermimpi memenangkan sebuah hadiah utama. Begitu juga sang istri, Ika Puspita Sari, yang bermimpi boneka anaknya dikerubuti semut merah. Lukas bahkan seperti dibisiki untuk mengikuti gelaran lomba di sebuah lapangan.
Oleh :Â (Rishad Noviansyah)
BENDERA Merah Putih berkibar penuh di tengah Lapangan Heulang pada Sabtu, 16 Agustus 2015. Kibaran benÂdera itu tak pernah lepas dari pandangan mata Brigadir Pol (Brigpol). Lukas TungÂgulryadi. Ia berdiri tegap dan teguh, dengan sikap horÂmat yang sempurna hingga Senin, 17 Agustus 2015. Lelaki yang bertuÂgas di Satuan II Pelopor Brimob KeÂdunghalang itu berdiri sebagai peserta Lomba Hormat Bendera 17 Jam 8 Menit 45 Detik yang diselenggarakan oleh SuÂrat Kabar Harian BOGOR TODAY.
Diantara 386 orang lainnya yang berdiri kokoh, Lukas tak pernah goyah di bawah kibaran sang merah putih. Ia bahkan tak pernah ingat mimpi itu pernah menghampirÂinya. “Tidak tahu ya, dalam mimpi saya itu ada yang bilang kalau bakal ada lomba ini dan dalam mimpi itu juga saya memenangi hadiah utaÂma atau juara satu. Selain itu, istri saya juga mengalami hal serupa. Tapi dalam mimpi itu, boneka keÂsayangan anak kami, dikerubungi semut merah,†ungkap Lukas. Padahal, mimpi itulah yang memÂberi kekuatan dan membulatkan tekadnya dalam mengikuti lomba hormat bendera itu.
Bagi Lukas, rezeki itu tetap menjadi rahasia Tuhan. Di saat peserta lomba berguguran satu demi satu, ia berusaha teguh dan selalu yakin bahwa di balik semua mimpinya, Tuhan pasti memberiÂkan sebagian tanda dan petunjuk kepada makhluknya. Bahkan ketiÂka ia berulangtahun pada 15 AgusÂtus lalu, ia hanya berusaha bersaÂbar karena tak ada siapapun yang memberinya hadiah. Sebaliknya, Lukas malah teramat ingin memÂberikan hadiah kepada istrinya yang tengah mengandung.
Kesabaran dan keteguhan meÂmang selalu menjadi modal utama bagi dirinya. Setelah diterpa cahaya matahari dan bertahan di tengah dinginnya malam, Lukas mulai melewati detik-detik akhir perlomÂbaan. Matahari di Lapangan HeuÂlang mulai terik, tapi Lukas tak juga memejamkan matanya. Ia tak ingin tidur, tak ingin bermimpi, ia hanya bertekad mimpi itu menjadi nyata. Dan akhirnya, Lukas mampu meleÂwati uji ketahanan hormat bendera selama 17 Jam 45 Menit 8 Detik. Ayah dari Pratama (8) dan Simu Prakoso (3) ini meneteskan air mata. Ika, sang istri dengan tetes airmata kebanggaan memeluknya penuh keharuan. “Saya tidak mikiÂrin juara. Tapi saya memikirkan moÂtor, motor dan motor,†canda pria berkepala plontos itu, sesaat seteÂlah lomba dinyatakan usai. Tapi, mimpi itu belum selesai.
Ketika Dewan Juri mengumumÂkan namanya dan dinyatakan sebaÂgai Juara 1, ia benar-benar terbÂelalak. Pecah tangis kebanggaan sang istri kembali berderai. Mimpi itu, akhirnya menjadi nyata. “Saya bersyukur karena pada bulan ini saya juga berulang tahun. KebetuÂlan anak saya yang pertama juga akan merayakan ulang tahun. Jadi ini merupakan hal yang luar biasa. Rezeki tidak terduga yang diberikan Tuhan kepada kami,†lanjutnya.
Brimob kelahiran Kendal, Jawa Tengah itu pun mengaku jika seÂbelumnya pernah mengikuti acara serupa beberapa tahun lalu dan berhasil menyabet juara kedua. SeÂlain itu, ia memang sering mengikuti lomba-lomba ekstrem lainnya. “Saya pernah waktu tahun 2010, setelah ikut lomba hormat juga, beberapa minggu kemudian mengikuti lomba renang sejauh delapan kilometer di Tanjung Priok. Jadi memang sering ikut lomba ketahanan fisik dan menÂtal semacam ini,†lanjutnya.
Dengan perolehan nilai 2.219 poin, Lukas berhasil menggondol satu unit sepeda motor Honda Beat persembahan Astra International dalam Lomba Hormat Bendera 17 Jam 8 Menit 45 Detik bertema “Bangkitkan Semangat NasionalÂismemu!†dan berhak mendapat Piala Bergilir Walikota Bogor. Meski begitu, Lukas mengaku jika posisi hormatnya sudah jauh dari semÂpurna. “Ini memang sangat berat, orang-orang biasa latihan militer pun sulit untuk bertahan. Sudah gitu, posisi hormatnya juga ditentuÂkan dewan juri kan. Jujur saja, posiÂsi saya juga sudah tidak sempurna, karena memang susah untuk terus sempurna dalam posisi sigap seÂlama 17 jam itu,†ungkapnya.
Berhasil membawa pulang sepeda motor, Lukas mengaku akan terus menyimpannya sebagai kenangan dan tidak akan pernah menjualnya. “Ini bisa jadi cerita nanti untuk anak cucu saya. Kalau mau dijual, motor yang sudah ada saja. Kalau hadiah ini tidak akan pernah saya jual,†janjinya.