JAKARTA, Today – Bank InÂdonesia (BI) menyatakan staÂbilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relaÂtif terjaganya kinerja pasar keuangan. Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungÂkapkan, ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan rasio-rasio kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terjaga.
Pada Juni 2015, rasio kecuÂkupan modal atawa capital adÂequacy ratio (CAR) perbankan secara industri masih kuat dan jauh di atas ketentuan miniÂmum 8%, yaitu sebesar 20,1%. Sementara rasio kredit bermaÂsalah alias non performing loan (NPL) tetap rendah dan berada di kisaran 2,6% secara gross atau berada di posisi 1,4% secara net.
Sedangkan dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat tumbuh 10,4% secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini, kata Agus, relatif tidak berubah dibandingÂkan dengan bulan sebelumnya.
Sementara untuk pertumÂbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan per Juni 2015 tercatat sebesar 12,7% secara tahunan. “Ke depan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan pelongÂgaran kebijakan makroprudenÂsial oleh Bank Indonesia, perÂtumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat,” kata Agus di Jakarta, Selasa (18/7/2015).
Oleh karena itu, bank sentral Indonesia memperkirakan perÂtumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada triwulan III dan IV 2015. Hal ini dilakuÂkan meski realisasi pertumbuÂhan ekonomi Indonesia melamÂbat pada triwulan II-2015.
Pertumbuhan ekonomi triÂwulan II-2015 tercatat sebesar 4,67% secara tahunan atau year on year (yoy). Angka tersebut menurun dibandingÂkan periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 4,72% seÂcara tahunan.
Agus bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutaÂma didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah. Kondisi tersebut disebabkan oleh peÂnyerapan belanja pemerintah yang tidak secepat perkiraan, termasuk realisasi proyek inÂfrastruktur.
(Adil | net)