Kemenristek-Dikti,-Patdono-Suwignjo,JAKARTA, TODAY — Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) mengumum­kan hasil klasifikasi dan pemering­katan Perguruan Tinggi di Indone­sia, Selasa (18/8/2015). Hasilnya, ITB Bandung menempati ranking per­tama, disusul UGM Yogyakarta, dan di urutan ketiga Institut Pertanian Bogor (IPB). Sementara Universitas Indonesia (UI) berada di bawah IPB.

Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti, Patdono Suwignjo, mengatakan, pemeringkatan ini baru pertama kalinya dilakukan. Tujuannya, untuk memberikan infor­masi kepada masyarakat Indonesia tentang mutu perguruan tinggi. “Kami juga ingin mendorong perguruan tinggi mengembangkan kapasitas aka­demik dan non akademiknya dengan adanya peringkat ini,” kata dia,

Patdono mengatakan, berdasarkan data klasifikasi, pemerin­tah menetapkan 11 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Data ini diam­bil berdasarkan laporan perguruan tinggi Indonesia di Pangkalan Data Perguruan Tinggi dan data eksternal Badan Akreditasi Nasional-Perguru­an Tinggi (BAN-PT) per Desember 2014. Kemenristek Dikti kemudian memberi skor dari skala 1-4 terhadap pemeringkatan ini.

Patdono menjelaskan, peringkat ini disusun berdasarkan empat kri­teria: (1) kualitas dosen atau sumber daya manusia, (2) kualitas manaje­men dan organisasi, (3) kualitas keg­iatan kemahasiswaan, dan (4) kualitas penelitian dan publikasi ilmiah. Jadi, kata dia, universitas yang paling rajin memasukkan data-data soal kondisi universitasnya berpeluang besar ma­suk dalam kriteria terbaik ini.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Rabu 17 April 2024

Untuk kesebelas universitas ter­baik ini, kata Patdono, kementerian telah menyiapkan program pembi­naan agar mereka dapat bersaing dengan universitas-universitas ter­baik di dunia. Sebagai informasi, baru ada dua universitas, yaitu ITB dan UI, yang masuk dalam 500 universitas terbaik dunia.

Universitas Indonesia (UI) men­jadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam jajaran 100 universitas terbaik se-Asia dengan menduduki peringkat ke-79. “Untuk tingkat dunia, UI menjadi satu-satun­ya perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam 310 universitas terbaik di dunia dengan menduduki pering­kat ke-310,” kata Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Rife­lly Dewi Astuti, Selasa (18/8/2015).

Pemeringkatan tersebut, ucap dia, berdasarkan pada penilaian yang dikeluarkan Quacquarelli Sy­monds (QS) World University Rank­ing 2014/2015 terhadap lebih dari 800 perguruan tinggi di dunia.

Pada QS World University Rank­ing by Subject 2014/2015, UI meraih predikat program studi kedokteran (medicine) terbaik se-Indonesia den­gan menempati peringkat ke-301 dunia. Sedangkan pada QS World University Rankings by Faculty 2014/2015, UI meraih peringkat ter­baik ke-200 dunia untuk rumpun ilmu sosial dan manajemen.

Felly menuturkan pencapaian tersebut tidak hanya milik UI sendiri, tapi juga Indonesia, karena UI turut meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air. “Pencapaian UI tidak terlepas dari pemenuhan semua pa­rameter tersebut di atas serta dukun­gan pemerintah terhadap pendidikan di UI,” ujar Rifelly.

BACA JUGA :  7 Manfaat Buncis untuk Kesehatan, Nomor Terakhir Harus Diketahui Semua Orang

Menurut dia, peningkatan signifi­kan pada pemeringkatan itu terjadi pada publikasi jurnal hingga menca­pai angka 200 persen, pengelolaan sumber daya manusia di tingkat uni­versitas dan fakultas, serta tata kelola organisasi yang mencakup budaya, ke­biasaan, kebijakan, dan upaya interna­sionalisasi komunitas mahasiswa dan tenaga pendidik. “Upaya ini juga ses­uai dengan program pemerintah un­tuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, riset, dan inovasi guna mendu­kung daya saing bangsa,” ujarnya.

QS World University Rankings menggunakan enam parameter dalam pemeringkatan, antara lain ac­ademic reputation (40 persen), men­gukur unsur akademik secara me­nyeluruh; employer reputation(10 persen), mengukur kualitas tenaga pendidik perguruan tinggi; serta fac­ulty atau student ratio (20 persen), mengukur keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

Selain itu, ada citations per fac­ulty (20 persen), mengukur peneli­tian yang dihasilkan para sivitas aka­demika perguruan tinggi;proportion of international student (5 persen), rasio mahasiswa asing di perguruan tinggi; serta proportion of interna­tional staff (5 persen), rasio tenaga pendidik asing di perguruan tinggi.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================