MERASAKAN diskriminasi saat melamar kerja kesana-sini dirasakan oleh Thung Giok Eng alias Fransisca. Anak pertama dua bersaudara dari Thung Lian Eng ini mengaku kesulitan mencari kerjalantaran ia terlahir sebagai keturunan cina.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Kondisi perbedaan sikap terhadap kaum minoritas di Indonesia maÂsih sangat terasa, dari sejak ia lulus SMA tahun 2004 hingga detik ini beratus-ratus kali melamar kerja tak ada satupun perusahaan yang menerimanÂya. “Orang bilang banyak peÂrusahaan Bank swasta yang menerima keturunan cina, tetapi kenyataannya tidak. Dengan menggunakan izasah S1, saya masih sulit diterima kerja,†ungkap wanita yang akrab disapa Chika oleh teman-temannya.
Namun, tidak menutup keÂmungkinan banyak juga perusaÂhaan yang mendiskriminasikan kaum pribumi. Menurut pengakuan Chika dari pengalaman teman-temannya yang musÂlim dan berjilbab, banyak juga perusaÂhaan yang menolak pelamar kerja yang menggunakan kerudung.
“Saya pikir cina doang yang didisÂkriminasikan, tetapi ternyata teman-teman saya yang berjilbab juga meraÂsakan hal yang sama, biasanya mereka itu perusahaan cina yang menolak pegawai menggunakan kerudung,†paparnya.
Kesulitan mencari kerja disaat ia dan keluarganya membutuhkan pemasukan sangat merepotkan, naÂmun itu bukan alasan baginya untuk tidak berusaha. Memulai bisnis online dari peralatan dokter hingga sendal ia jalani, hingga akhirnya ia sempat dijuluki “Ratu Online†oleh teman-teman dan pelanggannya.
“Habisnya, mau kerja saja susahnya setengah mati, mau jadi PNS enggak bisa. Yasudah saya usaha saja, kebetulan saya suka dengan dunia jejaÂring sosial online, jadi saya kembangkan semua. Hingga akhirnya saya mampu memÂbiayain diri sendiri juga keÂluarga saya,†tutur wanita kelahira 24 Januari 1989.
Kondisi Chika, ibu dan adiknya sudah ditinggal lari paÂpanya dari sejak kecil menempai ia menjadi pribadi yang tangguh, bahkan ia juga sempat mengalami kekerasan dari ibunya sewaktu kecil. “Dulu saya sempat marah kalau mami mukulin saya sebagai pelampiasan kekesalannya pelampiasan ditingÂgal papi. Tapi saya sekarang paham kenapa mami bersikap begitu, mami mengalami depresi saat itu, hingga mengharuskan ia untuk minum obat penenang sehari dua sampai tiga buÂtir,†tambahnya.
Kondisi keluarganya yang semÂpat carut marut dijadikannya filosofi dalam hidup.â€Buat saya filosofi saya itu “jangan sampai mamai menanÂgisâ€, buat oranglain sih itu filosofi yang aneh. Tetapi itu benteng perÂtahanan hidup saya agar kokoh,†pungkasnya.