JAKARTA, Today – HiÂtungan bulan, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan segera berlangsung. IndusÂtri asuransi mengklaim palÂing siap menghadapi pasar bebas Asean, meski banyak pesimisme bahwa IndoneÂsia sekadar menjadi tujuan pasar bagi negara-negara lain.
Dadang Sukresna, DirekÂtur Teknik Asuransi BinaÂgriya Upakara mengatakan, hadirnya MEA tidak lantas membuat perusahaan asurÂansi asing menyerbu pasar asuransi Tanah Air. Sebab, butuh modal besar bagi peÂrusahaan asuransi asing bisa mendapatkan pasar di InÂdonesia. Selain itu, perusaÂhaan asuransi asing tidak memiliki jarinÂgan seluas asuransi lokal.
K o n d i s i inilah yang diklaim DaÂdang tidak s e r t a m e r t a m e m Âb u a t I n d o n e Âsia menÂjadi pangsa pasar emÂpuk. Sebab, secara jarÂingan justru perusahaan a s u r a n s i lokal merajai dalam negeri. “Cabang asuransi lokal lebih banyak serta IT dan servis yang tidak kalah baik dari asuransi luar,†kata Dadang.
Ia menconÂtohkan, misÂalnya sistem cloud yang bisa digunakan oleh seluruh kantor cabang asuransi bisa mengatasi proses klaim lebih cepat. Rata-rata perusahaan asuransi sudah memanfaatÂkan sistem komputasi awan ini. Apalagi, jarinÂgan kerjasama jalur disÂtribusi dengan bank yang hampir telah rata bekerjasama denÂgan perusahaan asuransi.
Meski begitu, perusahaan asuransi lokal tidak boleh juÂmawa. Sebab, pelaku asurÂansi harus memilikirkan sumber daya manusia khususnya ketÂersediaan akÂtuaris yang masih minim. “Persoalan ini harus segera diatasi saat ini baru 280 aktuaris dari tarÂg e t 1 .000 aktuari s. Masih terlalu minim,†tandas DaÂdang.
Menurut Persatuan AkÂtuaris Indonesia (PAI). Saat ini jumlah aktuaris di IndoÂnesia baru ada 380 orang. Padahal kebutuhan aktuaris di industri asuransi mencaÂpai 700 orang. Ketimpangan yang jauh antara kebutuhan dan ketersedian aktuaris ini bisa menyebabkan biaya peÂrusahaan untuk merekrut serang aktuaris jadi terlalu besar.
(Adil | net)