RENCANA pembangunan bandar udara yang akan dilakukan Lion Group bersama pengembang PT Maja Raya Indah Sejahtera (MRIS) di Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini masih menunggu kepuÂtusan Kementerian PerÂhubungan.
“Kami sangat menunggu apa yang akan dikatakan Kementerian Perhubungan. Asumsi itu yang akan kami jadikan pertimbangan lanjut atau tidak,†ungkap Direktur Utama Lion Air, Edward SirÂait dalam konferensi pers di Penang Bistro, Jakarta, Rabu (4/1/2015).
Edward menyatakan akan mengikuti aturan main KeÂmenterian Perhubungan. Menurutnya, referensi pemÂbangunan bandar udara LebÂak, melihat beberapa kota beÂsar dunia.
“Beberapa kota besar dunia banyak yang punya bandara lebih dari tiga dan dikelola dengan baik. Lebak itu perlu dibangun dengan pertimbangan lahan tersedia, tidak jauh dari Jakarta dan bisa mencakup penumpang DKI yang luber dari Soekarno Hatta. Selain itu, bisa menyÂerap dari Bandung, Bogor, dan wilayah Banten khususnÂya,†jelas Edward.
Sebagai contoh, lanjut Edward, di Inggris ada 5 bandara yang berdekatan. Edward menyebut, hasil stuÂdi dari Japan International Cooperation Agency ( JICA), salah satunya merekomenÂdasikan Lebak sebagai lokasi pembangunan bandar udara baru.
“Ada 6 lokasi yang direkoÂmendasikan. Lebak termasuk bagian dari yang diperboleÂhkan untuk bandara. TentuÂnya Lebak harus ada peruÂbahan, harus ada penataan aerodrome agar syarat safety terpenuhi,†ujar Edward.
Edward mengungkapkan, pihaknya tidak memaksa jika memang proyek bandara Lebak dinilai Kemenhub tidak memenuhi unsur kesÂelamatan penerbangan.
“Kepastian hasil penilaian sisi keselamatan penerbanÂgan itu supaya menjadi basic proyek ini feasible atau tidak feasible. Kalau go, akan kami garap. Kalau no, akan kami pikirkan bagaimana tetap bisa memenuhi peningkatan jumlah penumpang,†imbuh Edward.
Kalau pun nantinya hasil keputusan Kemenhub menyÂetujui tapi disertai catatan, Edward mengatakan akan mengikutinya. “Misalnya nanti hanya dikasih 1 jam 30 slot ya cukup 2 runway dengan kapasitas 50 juta peÂnumpang per tahun. Kalau memang dari sisi safety-nya memenuhi seperti itu. IntinÂya kita tunggu keputusan harus segera memberi kejeÂlasan. Kasihan juga pengemÂbang yang sudah keluar dana untuk akuisisi lahan,†tuturnya.
Menurut Edward, poleÂmik antara pengusul dengan pemerintah terkait pembanÂgunan bandara Lebak ini bisa diselesaikan. “Masalahnya ada di operasionalnya safe atau tidak. Kalau no, bagi kami nggak masalah. Kami tinggal cari alternatif untuk mengakomodir pertumbuhan jumlah penumpang,†pungÂkasnya.
(Alfian M|net)