BOGOR, TODAY – Beberapa penelitian yang sering dilakukan oleh negara luar, banyak ilmuwan jenius memiliki latar belakang masa kecil tidak terlalu pintar. Hal itu ternyata membuktikan jika Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna, tidak ada orang bodoh, yang ada itu gen-gen positif yang 90-95 persen diantaranya tertiÂdur semasa kecilnya. Karena stimulasi yang diberikan tidak cocok dengan gaya belajarnya, jika menggunakan gaya belajar kinestetik diberikan gaya visual, maka sampai kapanpun otak anak tidak akan terbangun. Lewat hasil penelitian ini, SDN Polisi 4 melakukan soÂsialisasi Kurikulum Tiga belas (Kurtilas) dengan mengundang beÂberapa kepala sekolah dari SD lain agar memahami betul manfaat Kurtilas dengan sistem otak anak didik mereka.
Aluh Atikah, sebagai seorang Guru Kelas 1 SDN Polisi 4 yang juga sudah bersertifikat nasional sebagai instruktur Kurtilas menÂegaskan mulai sejak sekarang gaya pembelajaranannya yang harus segera dirubah.
Kurtilas sendiri tidak kalah dengan kurikulum lainnya, hanya saja ujung tombaknya ada pada guru itu sendiri. Sebagus apapun kurikulumnya jika gurunya tidak kreatif sama dengan percuma, karena anak murid menyerap ilmu disekolah hanya dari gurunya.
“Kalau masih menggunakan gaya lama sampai kapanpun anak itu akan dicap bodoh, padahal bukan bodoh, tetapi gaya pembeÂlajarannya yang salah karena menggunakan metode audio dan viÂsual, sedangkan yang mereka butuhkan adalah cara belajar kinesteÂtik,†ujarnya saat memberikan materi.
Pembelajaran Kurtilas bukanlah hal yang sulit, hal ini terbukti dengan aplikasi kurtilas yang sudah dilakukan SDN Polisi 4 sendiri. Disini akan diberikan alasan mengapa pembelajaran kurtilas itu haÂrus dilakukan.
Kepala SDN Polisi 4 Kota Bogor, Yayah Komariah menilai kegÂiatan ini sangat penting karena berkaitan dengan sistem manajemen tenaga kependidikan, kesiswaan dan kurikulum. Ada hak dan kewaÂjiban peserta didik yang harus diterima juga diberikan, salahsatunya dengan sosialisasi ini karena menjadi kewajiban guru.
“Kualitas anak itu bagaimana gurunya disekolah memberikan pendidikan, jadi mulai sekarang gurunya yang harus lebih aktif dari murid, mengemas mata pelajaran dengan hal-hal yang unik dan mudah dipahami, seperti menyanyikan sebuah lagu dengan menggunakan lirik satuan jarak atau satuan beban,†tuturnya saat memberikan sosialisasi kurtilas di aula LIPI Kota Bogor.
Jika perlu, sambung Yayah, sekolah bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kesehatan (Dinkes) dan dinas lainÂnya agar bisa memberikan materi ilmiah kepada murid-murid SD yang ada di Kota Bogor.
“Alhamdulillah, anak-anak SDN Polisi 4 sudah mengaplikasiÂkannya dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor, baru-baru ini anak-anak diberikan wawasan mengenai kebersihan makanan dan minuÂman dari Dinkes, tujuannnya kan untuk pengetahuan anak-anak,†tambah dia. Sementara itu, Pengawas Kecamatan Bogor Tengah, Maryadi mengakui semua SD sudah mulai aktif untuk mengikuti kurtilas, ia sendiri memantau SDN Polisi 4 dan SD Sindangsari seÂbagai pilot project kurtilas, dan keduanya berjalan sangat bagus. Segala keluhan murid-murid mengenai kurtilas ini bisa ditepis jika melihat SDN Polisi 4 sekarang ini. “SDN Polisi 4 ini bisa membuktiÂkan kalau kurtilas ini sama sekali tidak memberatkan, justru sangat menyenangkan,†ujarnya.
Menurut dia, untuk menepis keraguan orangtua wali murid mengenai kurtilas, maka dari itu dibutuhkan yang namanya sosialÂisasi. Jadi sebetulnya memang tidak memberatkan, yang jadi kendÂala sebetulnya hanya di penilaian hasil akhir evaluasi murid.â€Kalau dilihat dari pembelajaran kurtilas ini sangat bagus, bisa menggali potensi anak-anak,†tuturnya.
Menurut dia, pada akhirnya kurtilas ini akan mengarah pada standar internasional, sekarang ini yang sangat di butuhkan bangsa adalah perilaku.
â€Jadi bangsa ini membutuhkan karakter yang baik, kurtilas ini bertujuan untuk membangun karakter. Saya harap akan ada penÂingkatan guru melalui diklat, apalagi 2018 nanti semua sekolah negeri dan swasta sudah harus menggunakan kurtilas,†pungkas dia.
(Latifa Fitria)