Ismet Ali
Master Coach Soft Skills
Ketika kampanye pilkaÂda dimulai, maka rakyÂatpun akan disajikan berbagai atraksi calon kepala daerah. Dua hal yang tampak jelas adalah ambisi dan oportunis.
Ambisi bisa bernilai positif bisa juga negatif. Ia menjadi negaÂtif bila ambisi diÂlakukan dengan menghalalkan segala cara. Sedangkan oporÂtunis gampang kita kenali melalui dua hal. Pertama, SiÂfatnya selalu memilih yang “menyenangkan†dan “mengÂhindari resikoâ€. Umumnya, oportunis berprinsip “selalu berpihak pada yang menangâ€. Kemenangan yang lebih didoÂrong oleh kebenaran duniawi. Kebenaran hakiki berdasarkan nilai spiritual tidak penting bagi oportunis.
Kedua, Senang menjadi pusat perhatian. Hal ini sering terjadi pada selebriti yang menjadi calon kepala daerah. MereÂka sering memaksakan keinginannya. BahÂkan berani melakuÂkan perubahan sebelum memaÂhami gambaran besar masalahnya. Calon ini selalu mengklaim setiap prestasi, tetapi cendÂerung menghindar tangÂgung jawab dengan mendeleÂgasikan pekerjaan kepada orang lain. Mudah menjadi sedih bila disalahkan. Tetapi memusuhi orang yang berani menunjukkan kesalahannya.
Agar kita bisa membedakan oportunisme dengan ambisi positif, maka kita perlu mengeÂnali ciri-ciri ambisi positif terseÂbut. Pertama, Memiliki InteleÂgensia. Calon pemimpin yang memiliki intelegensia biasanya menampilkan ambisi positif. Dengan intelegensia ia bisa melihat gambaran besar dari setiap masalah yang dihadapi. Walaupun ia belum berpengalaÂman tentang suatu masalah, tapi dengan intelengensi ia akan cerdas mencari orang yang ahli dibidang tersebut. Mereka mau mendengarkan dan menerapkan nasihat yang diberikan para ahli untuk mengatasi masalahnya.
Kedua, Memiliki integritas. Calon pemimpin yang memiliki ambisi positif akan memiliki integritas (kesatuan pemikiÂran, perkataan dan perbuatan). Mereka tidak menyerah karena pertimbangan perasaan atauÂpun hutang budi dengan orang lain. Mereka mampu menjelasÂkan tujuan ambisi yang sedang diperjuangkannya adalah benar secara hakiki. Artinya ambisinya diakui kebenarannya baik secara logika dan sistem nilai masyaraÂkat.
Jika Indonesia ingin lebih maju, pilihlah pemimpin keÂpala daerah yang memiliki amÂbisi positif. Hindari memilih pemimpin oportunis dengan melihat rekam jejaknya. Memilih pemimpin adalah memilih masa depan kita. (*)