Indonesia merupakan salah negara penghasil gas bumi terbesar di dunia. Tetapi, ironisnya gak banyak membantu kemajuan industri dalam negeri. Bahkan Indonesia tak mampu mencukupi kebutuhan gas untuk pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan rakyat.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Gas bumi justru dijadikan salah satu komoditas ekspor terbesar IndoÂnesia. Konyolnya lagi, konon gas bumi Indonesia dijual dengan harga murah dan terikat kontrak yang sangat panjang. Padahal, industri di dalam negeri yang sedang tumbuh juga membutuhkan gas bumi sebÂagai sumber energi dan bahan baku.
Melihat makin tingginya kebuÂtuhan industri ini, Menteri PerinÂdustrian (Menperin) Saleh Husin mengemukakan, seharusnya gas tidak terus menerus dijadikan koÂmoditas ekspor. Saleh meminta alokasi gas diprioritaskan untuk keÂbutuhan industri domestik, bukan diekspor.
“Saya selalu meminta agar kita jangan lagi energi itu dijadikan koÂmoditi, tapi merupakan dorongan untuk pembangunan,†kata Saleh di Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (7/1/2015).
Menurut Saleh, penerimaan negÂara dari ekspor gas memang akan turun jika gas tak lagi diperlakukan sebagai komoditas. Tetapi, negara akan memperoleh keuntungan lebÂih besar karena industri di dalam negeri tumbuh, bisa lebih berdaya saing karena menggunakan gas bumi.
Penggunaan gas bumi akan menÂciptakan efisiensi biaya energi kareÂna harganya lebih murah dibandÂingkan bahan bakar minyak (BBM). Jika industri di dalam negeri beralih ke gas bumi, barang-barang yang diproduksi di Indonesia bisa lebih murah.
“Nanti kami koordinasi dengan menteri ESDM agar jangan sampai kita membuat energi itu menjadi komoditi, tapi jadi pendorong seÂhingga harganya (produk IndoneÂsia) bersaing. Industri tumbuh dan pendapatan bisa lebih bagus,†paÂparnya.
Tidak hanya itu, penggunaan gas bumi juga dapat membantu tercaÂpainya kedaulatan pangan. Sebab, industri pupuk membutuhkan gas. Jika industri pupuk bisa mendapatÂkan alokasi gas yang murah dalam jumlah memadai, biaya produksi pangan di dalam negeri bisa diÂtekan, panen pun makin banyak karena pupuk murah. “Industri puÂpuk juga bisa dukung industri panÂgan. Dapat pupuk lebih banyak dan akan lebih murah,†tukas Saleh.
Dia menambahkan, negara pun harusnya tidak menjadikan gas sebagai sumber penerimaan, yang harganya harus tinggi untuk mengejar target penerimaan.
Harga gas bisa ditekan rendah bila diperlakukan sebagai input untuk industri, yang dikejar oleh negara adalah nilai tambah dari penggunaan gas oleh industri.
Karena itulah, Saleh terus menguÂpayakan agar harga gas untuk indusÂtri bisa segera turun, sebagaimana telah ditetapkan dalam Paket EkoÂnomi Jilid III yang diumumkan akhir tahun 2015 lalu. “Kami selalu koorÂdinasi agar harga gas industri betul-betul bisa kompetitif supaya (indusÂtri) bisa tumbuh,†pungkasnya.