Untitled-16JAKARTA, TODAY — Nilai tukar rupiah terha­dap dolar Amerika Serikat (USD) pada perda­gangan Senin (28/3/2016) ditutup melemah dan sulit menjauhi kisaran level Rp13.300/ USD. Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah perkasanya USD terhadap beberapa mata uang utama didorong pernyataan petinggi The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) ter­kait rencana kembali menaikkan suku bunga acuan (Fed rate) bulan depan. Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah awal pekan berakhir pada level Rp13.340/USD dengan kisaran harian Rp13.300-Rp13.340/USD. Po­sisi tersebut melemah 55 poin dari penutupan akhir pekan kemarin yang berada di level Rp13.285/USD.

Di sisi lain, berdasarkan kurs referensi Jakarta Inter­bank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah berakhir di level Rp13.323/USD. Posisi ini me­nyusut dari posisi sebelumnya di level Rp13.250/USD.

Posisi rupiah menurut data Bloomberg kemarin berakhir pada level Rp13.342/USD. Po­sisi itu tercatat melemah atau turun 84 poin jika dibanding penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.258/USD.

Seperti dikutip dari Re­uters, Senin (28/3/2016) In­deks USD terhadap beberapa mata uang utama naik ke level 96.339 atau menjadi po­sisi tertinggi dalam dua pekan terakhir. Sementara pada sesi perdagangan terakhir tercatat naik 0,1% ke posisi 96.273.

BACA JUGA :  PENTINGNYA SERAGAM SEKOLAH UNTUK KEBERSAMAAN

Sedangkan Euro turun terhadap Pounds dan naik terhadap Yen Jepang, dengan EUR/GBP berkurang 0,28% mencapai 0.7882 dan EUR/JPY meningkat 0.29% ke 126.70. Penguatan juga dialami dolar Australia yang naik 0,3% men­jadi USD0.7525 setelah kehilan­gan 1,4% dalam satu pekan ter­akhir. “Data ekonomi yang baik mengangkat dolar AS pada pekan ini,” jelas Chief Execu­tive Officer FPG Securities Co, Tokyo, Koji Fukaya, kemarin.

Selain itu ada juga be­berapa sentimen lain yang mendorong penguatan dolar AS. Belum menentunya harga minyak dunia juga membuat sebagian besar investor mem­borong dolar AS. “Tidak ada alasan untuk melepas dolar AS saat ini,” tambahnya.

Terpisah, Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, dolar AS me­mang menguat di pasar Asia sejalan dengan masih baiknya data ekonomi AS yang diu­mumkan. “Ruang pelemahan rupiah masih tersedia melihat sentimen penguatan dollar di pasar global,” tuturnya.

Akan tetapi dalam jangka menengah justru ruang pen­guatan rupiah masih terbuka lebar. Rencana pemerintah memangkas harga BBM pada akhir Maret 2016 diperkirakan mampu mengembalikan eks­pektasi inflasi rendah yang juga akan membantu mere­dakan tekanan pelemahan ru­piah.

BACA JUGA :  Penderita Autoimun Harus Hindari 5 Makanan Ini!

Menanggapi hal ini, Menko Perekonomian Darmin Nasu­tion menilai, kondisi tersebut hanya bersifat sementara. Ma­sih ada peluang untuk rupiah kembali mengalami pengua­tan. “Jadi apa yang terjadi ini saya lebih cenderung men­gatakan sementara,” ungkap Darmin di Istana Negara, Ja­karta, Senin (28/3/2016).

Apalagi, kata Darmin, ber­dasarkan data Real Effective Exchange Rate (REER), nilai fundamental rupiah berkisar antara Rp 12.500-Rp 12.700. “Nilai tukar fundamentalnya REER itu berkisar antara Rp 12.500 sampai Rp 12.700 . Itu fundamentalnya. Bisa lari dari situ, dalam jangka terbatas karena rumor,” terangnya.

Menurut Darmin, tentu dengan pergerakan yang ada pada sekitar Rp 13.300 tidak terlalu jauh dari fundamental yang ada. “Kalau menurut saya kita sudah bergerak di sekitar tidak terlalu jauh dari nilai fundamentalnya. Kalau terjadi perubahan agak rendah dan tinggi itu sementara saja,” kata Darmin.

(Yuska Apitya/dtkf)

============================================================
============================================================
============================================================