PERUBAHAN iklim yang terjadi kini wujud banyaknya perilaku jahat manusia dibumi sehingga semuanya rusak dan tidak berfungsi lagi. Menyebar ratanya bencana pada tanah air kini sebagai bukti bahwa negeri kita sudah rawan bencana. Bencana itu karena terjadi alami, bisa karena perangai manusia dan bisa karena teknologi canggih buatan manusia. Secara alami bencana itu bisa datang tanpa campur tangan manusia. Misalkan letusan gunung merapi.
Oleh: Bahagia, SP., MSc.
Peneliti, dan Dosen tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor
Namun akan diperÂÂparah dengan banÂÂyaknya perangai manusia yang rusak tadi. Dan mengoreÂÂksi mana fungsi ekosistem yang sudah mati. Negeri kita juga terÂÂmasuk negeri yang paling rusak alamnya. Fungsi-fungsinyapun tak lagi tampak untuk dapat memuliÂÂhkan kerusakan itu secara alami.
Bencana itu sebenarnya teguÂÂran kepada manusia agar manuÂÂsia kembali ke jalan yang benar dan memahami fungsi ekosistem dengan baik. Tentu haruslah kita sadari bencana tidak akan turun merata dibumi jika manusianya benar-benar beriman. Wujud nyata dari implikasi rendahnya nilai-nilai Iman dibumi yaitu bermunculannnya berbagai jeÂÂnis penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh nyamuk sehingga manusia terkena peÂÂnyakit malaria dan penyakit deÂÂmam berdarah. Kita tahu bahwa nyamuk yang menyebabkan penyakit itu dapat berkembang karena rusaknya ekosistem dibuÂÂmi. Predatro alami satu persatu harus musnah akibat perangai kita. Ingat, dialam semuanya mempunyai musuh. Salah satu saja yang punah menyebabkan ketidakseimbangan pada bagian yang lain.
Saat Kelelawar pemakan seÂÂrangga punah maka nyamuk akan berkembang banyak sebab nyamuk tidak ada yang menÂÂgontrol populasinya. Katak juga ikut punah dan kodok juga ikut punah. Masa lalu sering terlihat tampak hewan ini tetapi kini puÂÂnah dibumi. Hingga kita sepele sekali dengan hewan ini padaÂÂhal hewan inilah yang sebaiknya diternakkan oleh kita semua. Berbagai jenis reptile pemakan serangga ikut juga punah sehingÂÂga serangga sebagai makannnya ikut makin banyak. Tidak luput kemungkinan nyamuk itu salah satu serangga yag makin banyak dialam. Kedepannya bumi kita terus semakin rusak fungsinya seÂÂhingga hewan predator tak dapat lagi hidup jika kita tidak memperÂÂhatikan dan menjaga habitatnya. Sayangnya itupun tidak kita lakuÂÂkan. Kita membabat hutan hingÂÂga hampir hutannya tidak ada. Diperkotaan kita alihkan terus hutan itu ke lahan lain. Dalam biÂÂdang pertanian, kita terus mengÂÂgunakan pestisida yang membuat berbagai jenis predator tadi mati.
Semakin tahun semakin banÂÂyak pula penggunaan pestisida ini sehingga menyebabkan peÂÂnyakit yang komplek. Pestisida membunuh musuh alami dan juga beracun bagi manusia. Jika masuk ke air maka diminum manusia. Jika tinggal disayuran maka langsung dimakan manuÂÂsia. Kini kita tidak selesai-seleÂÂsainya ditimpa bencana lingkunÂÂgan dan berbagai jenis penyakit akan bermunculan seiring denÂÂgan bencana alam yang terjadi kini. Setiap tahun kita mengalami banjir, setiap tahun kita mengalaÂÂmi kekeringan, longsor, dan kita akan mengalami bencana serangÂÂga yang banyak. Pada saat banjir tiba, tanah mampet dan padat. Air hujanpun mengalir dipermuÂÂkaan, bermuara disungai dimana sungainya tak mengalir, air menÂÂgalir digot dan saluran. Airpun sebagian menggenang dan tingÂÂgal lama dipermukaan tanah.
Banjir bandang berpotensi untuk membuat banyaknya nyamuk dialam karena banÂÂyaknya lokasi yang menggenang. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk juga meningkat. Sejalan dengan itu, populasi nyamuk terus semakin meningkat. PopuÂÂlasi serangga seperti nyamuk akan meningkat pada saat banÂÂyaknya air yang menggenang disungai dan banyaknya air yang menggenangi didaratan. DibeÂÂberapa daerah dimana kerusakan hutan yang tinggi dapat merusak ekosistem nyamuk. Nyamuk yang tinggal dihutan kemudian akan berpindah ke lahan pertaian dan lokasi perkampungan. MunÂÂculnya nyamuk ini realita untuk manusia bahwa hutan jangan dirusak. Banjir itu disebabkan oleh minusnya luasan hutan. DiÂÂbeberapa kota-kota besar teruÂÂtama kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi termasuk Jakarta, bandung, surabaya, dan kota besar seperti semarang sangat rentan dengan banjir.
Hal ini tampak dari luasan huÂÂtannya yang sangat sedikit. HamÂÂpir kota-kota ini tidak mempuÂÂnyai hutan setengah luasan dari wilayah kota. Tentu hal ini berbaÂÂhaya terhadap daerah resapan air hujan. Dimana air hujan itu tidak bisa diserap masuk kedalam taÂÂnah. Cara bertani yang tak ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk pabrikan yang banyak. Ini salah satu malsah kita kini, pertanian dengan input yang tiÂÂdak organik menyebabkan biota tanah mati. Padahal tanah itu dapat gembur jika tanah dihuni oleh berbagai biota tanah dan diÂÂberikan unsur hara yang organik. Banjir itupun akan diperparah dengan pembangunan jalan raya yang tidak dibatasi. Harusnya buÂÂkan jalan raya yang kita perluas tetapi menahan agar produksi kendaraan yang tidak bertamÂÂbah. Sampah domestik berupa plastik dan sampah organik turut membuat lingkungan menjadi banjir.
Akhirnya kompleksitas maÂÂsalah kota membuat masalah semakin rumit. Pada akhirnya membuat kota tidak bebas banjir dan penyakit bertambah banyak. Menurut catatan Kementerian keÂÂsehatan (2014) jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang . Dibandingkan tahun 2013 dengan kasus sebanyak 112.511 kasus. TerÂÂjadi penurunan kasus pada tahun 2014. Menurut Catatan KemenÂÂterian Kesehatan (2014) jumlah kematian tertinggi terjadi di Jawa Barat sebanyak 178 kematian, diiÂÂkuti oleh Jawa Tengah (159 kemaÂÂtian) dan Jawa Timur (107 kemaÂÂtian. Meningkatnya suhu dibumi tidak sesuai dengan ukuran juga termasuk perubahan iklim. AkhÂÂirnya suhu tersebut terasa panas oleh manusia. penyebabnya tidak lain karena buangan asap kendaÂÂraan manusia baik daratan, lauÂÂtan dan udara.
Suhu makin panas karena minimnya luasan hutan diperÂÂkotaan, meningkatnya jumlah industri, pembakaran sampah, pertanian menggunakan pupuk pabrikan, dan penggunaan emisi berasal dari elektronik. Industri menyebabkan pencemaran CO2, pertanian juga sama, dan samÂÂpah yang dibakar dan dibiarkan membusuk akan mengeluarkan gas. Gas inilah yang kemudian menyebabkan suhu semakin paÂÂnas. Panasnya suhu membuat kepala pusing, migran dan hidÂÂup tidak nyaman. Manusia akan gampang emosi karennya, sulit untuk berpikir jernih. Suhu yang panas juga menyebabkan manuÂÂsia banyak yang stress. Dijalan raya manusia cenderung pula keÂÂbut-kebutan dan tidak sabar denÂÂgan banyaknya kendaran. Hal itu ditambah panas lagi dengan suhu yang tampak semakin panas, asap kendaraan dimana-mana dan suara kendaraan yang sanÂÂgat bising. Ada beberapa solusi, pertama. Meningkatnya daerah resapan air tidak harus menaÂÂnam ditanah. Usahakan menaÂÂnam dalam pot, digantung depan rumah agar kota menjadi hijau.
Air hujanpun akan diserap oleh tumbuhan tadi sehingga seÂÂdikit dapat mengurangi banjir. Tumbuhan tadi juga akan menÂÂetralkan suhu dengan cara memÂÂbersihkan CO2 diudara dari sisa buangan kendaran, industri dan lain-lain. Usahakan membuat lubang biopori setiap rumah, keÂÂmudian disi bahan organik agar biota tanah datang sehingga tanah tidak padat akhirnya hujan tak mengalir dipermukaan. Jangan juga memperluas jalan dan pemÂÂbangun jalan layang. Usahakan kurangi produksi kendaraan, sangat perlu meberlakukan paÂÂjak yang tinggi dan sistem kredit yang tidak mudah sehingga tidak dengan mudah manusia memiliki kendaraan. Masyarakat kita harus sedekit dipaksa tentang aturan agar bumi kita tak banjir karena minimnya luasan lahan untuk reÂÂsapan air. Jika kita lakukan genanÂÂgan banjir dapat diatasi. Terakhir, kita harus meninggalkan bertani tak ramah perlahan-lahan. Cara tak organik membunuh semua musuh alami akhirnya terjadi ketidakseimbangan. (*)