JAKARTA, TODAYÂ – Kendati beÂlum ada tanda-tanda kondisi sepakbola Indonesia kembali normal setelah setahun pemÂbekuan PSSI, tim-tim amatir tetap bersiap menghadapi Liga Nusantara. Mereka optimistis pemerintah memenuhi janji untuk menggelar kompetisi.
Salah satu klub yang tengah giat menggeber persiapan adalah Persebi Boyolali. Klub yang berÂmarkas di Stadion PanÂdan Arang, Boyolali, Jawa Tengah itu menjalani latiÂhan sejak satu bulan lalu.
Mereka kembali beraktiviÂtas setelah diminta oleh Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Tengah untuk mempersiapkan diri tampil di Liga Nusantara. Rencananya, kickoff Liga Nusantara pertengahan bulan ini.
“Kami sudah persiapan sejak satu bulan lalu. Sejauh ini kami beÂlum mendapatkan jadwal perubahan. Artinya, kickoff Liga Nusantara tetap 17 April. Persiapan kami bahkan sudah 75 persen, tinggal agenda ujicoba-ujicoba yang perlu dimatangkan. Persebi renÂcananya ujicoba dengan Mars Solo dan beberapa tim lainnya,” ujar pelatih PerseÂbi Bojolali, Sriyanto, kepada detikSport.
Sriyanto menceritakan setahun seÂlama pembekuan PSSI, timnya sempat tak memiliki kegiatan apapun. Namun beruntung, dia mempunyai pekerjaan lain yakni pegawai kantoran sehingga tetap mendapatkan penghasilan untuk menafkahi keluarganya.
“Saya pegawai, jadi ada kegiatan lain. Karena kemarin Persebi tidak berlatih sama sekali,” kata dia.
Sriyanto sangat berharap kondisi sepakbola Indonesia bisa kembali seperti semula. Sejauh ini dia optimistis pemerÂintahmasih sanggup menjalankan renÂcana dan menyelesaikannya pada bulan Mei nanti.
Dia yakin Presiden RI Jokowi bisa mengambil keputusan dan langkah terÂbaik untuk sepakbola tanah air. SebelumÂnya, Presiden Jokowi telah menyatakan bahwa konflik sepakbola Indonesia akan berakhir pada Mei mendatang.
“Saya percaya Pak Jokowi. Dia sudah bilang Mei akan selesai, jadi kami tunggu rencana beliau demi kebaikan bersama,” kata dia.
Tak hanya klub amatir, barisan wasit berharap rencana-rencana menpora itu bukan sekadar wacana tapi bisa terwuÂjud secepatnya. Barisan wasit Indonesia merespons negatif pembekuan PSSI. Apalagi dalam perjalanannya PSSI meÂnyetop kompetisi semua level. Situasi itu membuat mereka kehilangan pekerÂjaan.
Apalagi, menpora tidak pernah memÂberikan batas waktu untuk mencabut pembekuan tersebut. Sedikit angin segar dirasakan tatkala Imam menyebut pemÂbekuan itu bertujuan untuk memperbaiÂki tata kelola sepakbola Indonesia.
“Tapi setahun sudah lewat dan itu terlalu lama. Lumayan untuk para waÂsit yang mempunyai lisensi di level ISL. Selama turnamen mereka masih bisa bekerja dan mendapatkan bayaran, kaÂlau wasit-wasit yang kompetisi divisi satu dan ke bawahnya mereka tidak ada keÂgiatan apa-apa,” kata Thoriq Al Khatiri, salah satu wasit nasional, yang dihubunÂgi detikSport.
Pemerintah janji-janji akan memperÂbaiki tata kelola sepakbola ke arah yang lebih baik, mana buktinya? Jangan cuma tata kelola-ata kelola, tapi faktanya tetap stagnan, belum ada perubaan ke arah lebih baik.
“Bahkan, kompetisi yang direnÂcanakan tidak berjalan. Ini sudah satu tahun lho. Turnamen memang ada, tapi bobot dan jumlah pertandingannya berÂbeda sekali dengan kompetisi,” ucap dia.
Jika kepulan asap dapur menjadi paÂtokannya, penghasilan Thariq memang terjun bebas tanpa kompetisi. Bukan cuma dari jumlah pertandingan yang dipimpinnya, bayaran sekali bertugas dalam liga dan turnamen juga tak sama.
“Di turnamen lebih rendah. Bedanya bisa sampai Rp 2 juta. Apalagi kalau dikaÂlikan jumlah pertandingan,” tutur Thariq yang mengantongi lisensi FIFA tersebut.
(Imam/net)