Sejatinya, kita dapat menÂÂgambil hikmah dari profesi dokÂÂter. Kesalahan yang dilakukan oleh seorang dokter, yang apabila salah dalam melakukan diagnosa dan terapi, akibatnya langsung dapat dilihat pada pasiennya. Karena itu, seseorang yang tidak memiliki keahlian dalam bidang dokter tidak berani melakukan praktik medis, sedangkan merÂÂeka yang tidak memiliki keahlian dalam bidang pendidikan tetap berani melakukan tugas mendiÂÂdik, meskipun akibatnya bersifat jangka panjang.
Ketiga, seorang guru proÂÂfesional adalah yang bertindak adil, yakni memberikan hak kepada yang memilikinya denÂÂgan cara yang paling efektif atau tidak berbelitbelit. Kebencian terhadap seseorang karena menÂÂjengkelkan misalnya, tidak boleh sampai menghalanginya untuk memberikan sesuatu yang menÂÂjadi haknya. Kejengkelan seorang guru terhadap muridnya, karena tingkah lakunya, tidak boleh mengurangi nilai ujian, perhaÂÂtian, dan kasih sayang kepadanÂÂya. Ini sesuatu yang berat, tapi inilah sikap profesional.
Kisah teladan yang memÂÂperlihatkan karakter seorang profesional yang ditandai denÂÂgan bersikap adil, tenang dalam menghadapi masalah, tidak muÂÂdah terpancing, dan tidak keÂÂhilangan akal sehatnya pernah dicontohkan Rasulullah SAW.
Pada suatu hari, seseorang menghampiri Abu Bakar dan menghujatnya. Kala itu Abu BaÂÂkar sedang duduk bersama Nabi. Abu Bakar mendengarkan cerÂÂcaan itu, tetapi dia tetap diam dan tidak berkata apa-apa (menaÂÂhan diri). Orang itu terus mengÂÂhina Abu Bakar, tetapi Abu Bakar tetap tenang. Ketika orang-orang itu terus-menerus meluncurkan kata-kata hinaan tanpa henti. Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya lagi, dan dia membalas kata-kata kasar orang itu. Melihat dan mendengar kejadian terseÂÂbut.
Nabi segera bangkit dan meÂÂninggalkan Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata: “Mengapa Anda meninggalkan tempat Anda ya Rasulullah?. Nabi menjawab: SeÂÂlama engkau dapar menahan diri untuk tetap diam, maka para maÂÂlaikatlah yang menjawab sebagai wakilmu. Tetapi segera setelah engkau membuka mulut, maka malaikat pun pergi meninggalÂÂkanmu. Wallahu’alam. (*)