JAKARTA, TODAY – Perbankan nasional menargetkan kredit dari transaksi ekspor bisa naik hingga double digit sampai akhir tahun ini. Perbankan optimistis target tersebut bisa diwujudkan, karena permintaan beberapa barang non komoditas seperti sawit, kertas dan beberapa komoditas non tambang lain mulai menunjukkan kenaikan.
Tren kenaikan kredit ekspor perbankan Indonesia terlihat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada kuartal I-2016, realisasi peÂnyaluran kredit ekspor sebesar Rp 90,5 triliun, naik 25,63 persen dibandingkan kuartal I-2015.
Kualitas kredit ekspor juga mengalami perbaikan. Tercatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) kredit ekspor pada Maret 2016 adalah 2,12 persen atau turun 118,73 bps secara yoy. Penurunan NPL pada kuartal I-2016 berbanding terÂbalik dengan kenaikan kredit berÂmasalah pada kuartal I-2015 yaitu sebesar 103,57 persen yoy atau 3,31 persen.
Mengacu pencapaian kuartal pertama, PT Bank Negara IndoÂnesia (Persero) Tbk optimistis, tahun ini, kredit ekspor bisa tumbuh 15 persen year on year. Menurut Herry Sidharta, DirekÂtur Bisnis Korporasi BNI, pada triwulan I-2016, tercatat transaksi ekspor BNI sebesar USD 3,2 miliar atau setara Rp 43,24 triliun (kurs 1 USD = Rp 13,575).
Dengan target pertumbuhan transaksi ekspor sampai akhir taÂhun sebesar 15 persen yoy, maka target transaksi ekspor BNI samÂpai akhir 2016 adalah sebesar USD 13,7 miliar atau Rp 185,13 triliun.
“Kami mempunyai 3 strategi untuk mewujudkan ini. StrateÂgi pertama, adalah menggali eksportir baru yang ada di daerah dengan memudahkan pemberian fasilitas limit negosiasi,†ujar HerÂry, Jumat, (27/5/2016).
Strategi kedua, dengan membuka hubungan koresponÂden dengan nasabah baru. Lalu, memberikan tarif transaksi ekspor yang kompetitif. Untuk kualitas kredit transaksi ekspor BNI, menurut Herry, masih cuÂkup bagus yaitu NPL kurang dari 0,01 persen dari total kredit BNI.