Hal itu ditandai dengan adanya beÂberapa festival, maraknya penggunaan atribut palu arit, adanya petisi untuk menghancurkan Monumen Pancasila Sakti oleh Shinta Miranda dan adanya kelompok yang menyanyikan lagu “GenÂjer-Genjer†pada festival sastra di TIM.
Simposium ini akan digelar pada 1-2 Juni nanti, bertempat di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Kiki mengaku juga akan turut mengundang pihak yang sebelumÂnya sudah menggelar Simposium PenyÂelesaian Tragedi ‘65 yang sevelumnya sudah dilakukan. “Nanti Kontras akan diundang, Imparsial diundang, Agus WiÂdjojo diundang, YPKP juga. Bejo Untung juga. Kita lihat, mereka akan datang juga,†ujar Kiki.
Simposium ini akan digelar dengan membahas PKI dalam lima aspek, yaitu ideologi, kesejarahan, agama dan konÂstitusi. Seperti simposium sebelumnya, pada simposium ini akan dihasilkan satu rekomendasi.
Nantinya rekomendasikan tersebut akan dibahas kembali dengan rekomenÂdasi yang sudah dihasilkan sebelumnya. “Waktu Pak Luhut datang ke PPAD (PerÂsatuan Pernawirawan Angkatan Darat), kita usulkan untuk ditahan dulu hasil simÂposium yang kemarin. Nanti digabungÂkan dengan rekomendasi ini. Panitia suÂdah siap untuk duduk bersama berdialog untuk finalisasi rekomendasi,†ujar Kiki.
Setelah simposium selesai digelar, pihak yang terlibat dalam acara ini akan menggelar Apel Siaga Nasional pada JuÂmat (3/6) siang bertempat di Monumen Nasional, Jakarta. Pihak yang terlibat dalam rangkaian acara ini dipelopori oleh Gerakan Bela Negara, berbagai ormas berlandaskan Pancasila, ormas Islam dan berbagai organisasi purnawiÂrawan TNI-Polri.
Dalam Simposium Membedah TrageÂdi 1965 yang digelar pada medio April lalu, disampaikan adanya kuburan masÂsal yang tersebar di Indonesia. Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) ‘65 kemudian menyampaikan data seÂmentara sudah ditemukan 122 titik kuÂburan massal.
Kemudian YPKP ‘65 mulai bergerak mengumpulkan data dari kuburan massal yang tersebar tersebut. Pemerintah, meÂlalui Menko Polhukam sendiri ingin menÂgetahui jumlah pasti korban tragedi 65.
Namun, wacana pembongkaran kuburan korban tragedi ‘65 mendapatÂkan tentangan dari kalangan masyaraÂkat. Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri menyatakan penolakannya. Ia berÂpendapat, wacana ini dapat memicu konflik sosial. “Lalu ada rekomendasi dari simposium kemarin, untuk memÂbongkar kuburan. Ini sangat berbahaya, bisa memicu konflik horizontal. Justru simposium ini untuk meredam konflik seperti itu,†ujar Kiki.
Sebanyak 70 organisasi akan turut serta dalam simposium nasional berÂtema “Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lainâ€. Kiki mengatakan, simposium yang akan digelar ini dapat meredam konflik. “Itu dia. Justru simposium ini untuk mencegah jangan sampai hasil simposium Aryaduta kemarin agar tidak jadi konflik horizontal,†ujar Kiki.
Tak Ambil Pusing
Menko Polhukam Luhut PandjaiÂtan tak mau ambil pusing soal polemik penggalian makam terkait tragedi ‘65. Makam-makam itu kabarnya berisi kuÂburan massal. Namun ada pihak yang menolak adanya penggalian makam. “Kalau ramai-ramai bilang nggak akan digali ya gak digali. Kan nggak susah, gitu saja repot,†jelas Luhut.
Menurut Luhut, dirinya sudah biÂlang berkali-kali bahwa masalahnya, dia tidak percaya ada sampai 400 ribu orang yang mati terkait tragedi ‘65. “Itu saja. Dan ini bukan masalah salah benar, sekarang bukan masalah kiri kanan ini kemanusiaan saja. Kita ingin luruskan semua biar di kemudian hari nggak diÂingat-ingat. Masa generasi kamu masih mau. Cukup di generasi saya saja. Kita coba meluruskan semua,†tegas dia.
(Alfian)