“Situ merupakan aset yang sanÂgat berharga bagi Kabupaten Bogor. Makanya akan kita jadikan ikon. Di Cibinong, ada lima situ yang dinormalÂisasi oleh pemerintah pusat pada tahun 2015. Kemudian tahun ini juga ada lima lagi. Intinya ini merupakan perencaÂnaan dalam lima hingga 10 tahun ke depan,†ujar Nurhayanti.
Sementara itu, Kepala Badan PerÂencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, Dr SyariÂfah Sofiah menjelaskan, untuk menjaÂdikan situ sebagai brand image, maka memerlukan penyediaan infrastruktur yang mantap, terpadu, dan terinteÂgrasi. “Harus didukung dengan infraÂstruktur yang mantap dan terintegrasi dengan sarana transportasi perkotaan yang baik. Maka itu nanti akan diberiÂkan payung hukum berupa peraturan daerah yang bisa menjaga area terbuka hijau, termasuk setu ini,†katanya.
Menurut Ifah, panggilan akrab SyarÂifah Sofiah, dijadikannya SFC sebagai barometer pembangunan di KabupatÂen Bogor, karena perlu diperkenalkan tentang pentingnya setu. Ia pun menÂgakui ada beberapa setu yang hilang dan berubah fungsi menjadi pabrik, perumahan, dan daratan lainnya.
“Memang banyak yang hilang. SeinÂgat saya dulu ada 141 setu, tapi sekarang tinggal 95 secara keseluruhan di KabuÂpaten Bogor. Makanya, perlu dibuatkan payung hukum. Jika tidak, semua setu akan hilang dengan makin cepatnya pertumbuhan kita,†katanya.
Ahli Desain Perkotaan, Executive Director Of Building and Places pada Aecom Design and Planning IndoneÂsia, Sibarani Sofyan mengungkapkan, jika setu tidak dipelihara atau hanya didiamkan secara alami, potensi keruÂsakannya semakin besar.
Pria yang berpengalaman mendeÂsain situ di Vietnam, China dan negara Asia lainnya ini menambahkan, langkah Pemkab Bogor yang berencana menjaÂdikan situ sebagai ikon daerah, sangat baik, karena belum banyak daerah di Indonesia yang menerapkan konsep ini. “Beberapa saja, baru Bandung, SuraÂbaya yang sudah pernah saya buatkan desainnya. Ini bagus, karena potensi situ di Kabupaten Bogor sangat banyak meski tidak semuanya alami melainÂkan buatan manusia. Dari pengalaman, justru situ yang hilang itu karena tidak diperhatikan atau tidak memiliki konÂstruksi yang baik,†tegasnya.
Sementara juara pertama SayemÂbara Desain Situ Front City, Rulyan Ali Parinduri mengaku mengambil desain dari pengelolaan danau di Brays Bayou, Houston, Texas, Amerika Serikat. Di sana, kata Rulyan, danau bukan hanya sebagai resapan air, tapi juga menjadi kawasan wisata warga.
Sebelumnya, pria yang mengenyam pendidikan S1 ITB Jurusan Arsitektur dan S2 di Singapura National Urban DeÂsign itu kini bekerja sebagai konsultan ini juga pernah menjuarai ajang Green Metropolis Jakarta 2050. “Intinya sih saya terinspirasi Bray Bayou di Texas, yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat tapi bisa juga menarik sisi ekonomi suatu daerah. Kan Bogor ini terkenal Puncak sebagai kawasan wisata. Nah, nantinya orang tidak perlu jauh ke Puncak untuk berwisata. Di Cibinong pun bisa,†tukasnya.
Selain SFC, Kabupaten Bogor bakal memiliki Silicon Valley Indonesia di Sentul City atau Sumur Batu, Babakan Madang. Ini merupakan sebuah kaÂwasan technopolis yang mengedepankÂan teknologi atau bisnis berbasis startÂup yang diusung Group 70 Intenational.
Pemkab Bogor pun bakal memÂbangun Transit Oriented DevelopÂment (TOD) yang merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi pemanfaatan laÂhan campuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal, seperti busway, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT) dan jaringan pejalan kaki/sepeda terintegrasi. TOD ini akan dikembangkan meliputi TOD Susukan dan Pabuaran, TOD Gunung Putri, TOD Sirkuit Senyul, TOD Sentul City dan TOD Cibanon.
Apapun visi dan misi yang dilakuÂkan oleh Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor tentunya masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih baik. Mana yang lebih baik? Semua pilihan di tangan masyarakat.
(Abdul Kadir Basalamah|Yuska