Untitled-3WALIKOTA BOGOR- Dr Bima Arya Sugiarto punya mimpi mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Pusaka (Heritage). Semen­tara Bupati Bogor Hj Nurhayanti M.Si punya mimpi mengubah Cibinong Raya sebagai ibukota Kabupaten Bogor menjadi Litle Venesia melalui konsep Citu Front City. Jika mimpi kedua ke­pala daerah bertetangga ini teru­jud, maka pemenangnya adalah masyarakat Bogor Raya.

Dalak konteks peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534 yang jatuh pada 3 Juni hari ini, visi Nurhayanti dan Bima Arya perlu direnungkan kembali untuk ke­mudian didukung agar menjadi kenyataan yang membanggakan. Bayangkan, kalau Situ Front City (SFC) diwujudkan maka Cibinong yang selama ini dijuluki kampung raksasa, akan berubah menjadi sebuah kota dunia yang indah. Sebab, 17 danau (situ) yang bera­da di Cibinong Raya akan menjadi magnet besar.

Begitu juga jika Bima Arya sukses menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Heritage, maka kota yang berjuluk Kota Hujan ini akan menjadi daya tarik wisata dunia. Saat ini Kota Bogor memiliki be­gitu banyak magnet besar. Na­mun magnet itu terkubur dalam lumpur.

Bima Arya tampak sunguh-sunguh memperjuangkan Kota Bogor men­jadi Kota Pusaka (Heritage), Kota Hi­jau (Green City) sekaligus Kota Cerdas (Smart City). Visi ini dirumuskan ber­dasarkan khitah dan sejarah kejayaan Kota Bogor.

“Kota Bogor akan bergerak Insya Allah ke arah tiga titik utama sesuai dengan khitahnya, sesuai dengan se­jarahnya. Karena, bangsa itu akan hancur ketika lupa akan bergerak ke mana karena tidak sadar dulunya bagaimana,” ungkap Bima Arya.

Ia juga menjelaskan, seluruh keg­iatan di Kota Bogor akan bermuara ke tiga titik utama tersebut. Apalagi hal ini dilandasi aspek sejarah, bukan secara tiba-tiba. “Kota Bogor memiliki rekam jejak yang panjang dari tiga hal ini,” sambungnya.

Bogor yakni kota pertama di bela­han dunia timur yang dikenal sebagai kota paling hijau karena lanskapnya dan alamnya yang indah. Inilah yang menjadi alasan Kota Bogor disetting kembali bergerak ke khitahnya sebagai Kota Hijau. Bima juga menambahkan, semua kegiatan akan diarahkan menu­ju identitas tadi yang tidak dimiliki dae­rah lain. “Ini ada bukti yang sangat kuat tentang identitas dan karakter kita seb­agai kota hijau,” papar Bima.

Bukti itu diperoleh ketika pada ta­hun 2016 Kota Bogor dinominasikan satu dari 45 kota se dunia sebagai “The Most Loveable City”, yakni kota yang paling dicintai dengan komitmennya terhadap pembangunan yang akan ter­us berkelanjutan.

BACA JUGA :  Cegah Penularan HIV AIDS, RSUD Leuwiliang Lakukan Penyuluhan Kepada Pasien dan Pengunjung

“Kenapa (Kota Bogor) direkomen­dasikan, karena mereka melihat rekam jejak kita baik saat saya sekarang mau­pun kepala daerah sebelumnya yak­ni Diani Budiarto yang mempunyai kepedulian membangun Bogor lebih baik dengan kegiatan pembangunan,” tambah doktor ilmu politik ini.

Berbeda dengan Pemkot Bogor, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor yang dipimpin Bupati Bogor Hj Nurhay­anti M.Si tengah berjuang mewujudkan gagasan besar yang menjadi impian dunia, yakni membangun sebuah kota modern yang dikelilingi danau atau disebut Situ Front City (SFC).

Nurhayanti terus menggeber pem­bangunan untuk mempercantik Kota Cibinong Raya sebagai kawasan ramah lingkungan dengan mode kota berbasis setu. Seperti apa program optimalisasi SFC, Cibinong Raya sebagai kawasan kota dunia berbasis alam?

Program kerja bertajuk ‘Situ Front City’ ini kini menjadi tulang punggung dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2017. Konsep Situ Front City dinilai mampu berpengaruh terhadap berbagai aspek, mulai dari ekonomi, pariwisata hingga ruang terbuka hijau yang nantinya bisa dimanfaatkan masyarakat.

“Situ merupakan aset yang san­gat berharga bagi Kabupaten Bogor. Makanya akan kita jadikan ikon. Di Cibinong, ada lima situ yang dinormal­isasi oleh pemerintah pusat pada tahun 2015. Kemudian tahun ini juga ada lima lagi. Intinya ini merupakan perenca­naan dalam lima hingga 10 tahun ke depan,” ujar Nurhayanti.

Sementara itu, Kepala Badan Per­encanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, Dr Syari­fah Sofiah menjelaskan, untuk menja­dikan situ sebagai brand image, maka memerlukan penyediaan infrastruktur yang mantap, terpadu, dan terinte­grasi. “Harus didukung dengan infra­struktur yang mantap dan terintegrasi dengan sarana transportasi perkotaan yang baik. Maka itu nanti akan diberi­kan payung hukum berupa peraturan daerah yang bisa menjaga area terbuka hijau, termasuk setu ini,” katanya.

Menurut Ifah, panggilan akrab Syar­ifah Sofiah, dijadikannya SFC sebagai barometer pembangunan di Kabupat­en Bogor, karena perlu diperkenalkan tentang pentingnya setu. Ia pun men­gakui ada beberapa setu yang hilang dan berubah fungsi menjadi pabrik, perumahan, dan daratan lainnya.

“Memang banyak yang hilang. Sein­gat saya dulu ada 141 setu, tapi sekarang tinggal 95 secara keseluruhan di Kabu­paten Bogor. Makanya, perlu dibuatkan payung hukum. Jika tidak, semua setu akan hilang dengan makin cepatnya pertumbuhan kita,” katanya.

Ahli Desain Perkotaan, Executive Director Of Building and Places pada Aecom Design and Planning Indone­sia, Sibarani Sofyan mengungkapkan, jika setu tidak dipelihara atau hanya didiamkan secara alami, potensi keru­sakannya semakin besar.

BACA JUGA :  HARI KEBANGKITAN NASIONAL PERLU PELURUSAN SEJARAH?

Pria yang berpengalaman mende­sain situ di Vietnam, China dan negara Asia lainnya ini menambahkan, langkah Pemkab Bogor yang berencana menja­dikan situ sebagai ikon daerah, sangat baik, karena belum banyak daerah di Indonesia yang menerapkan konsep ini. “Beberapa saja, baru Bandung, Sura­baya yang sudah pernah saya buatkan desainnya. Ini bagus, karena potensi situ di Kabupaten Bogor sangat banyak meski tidak semuanya alami melain­kan buatan manusia. Dari pengalaman, justru situ yang hilang itu karena tidak diperhatikan atau tidak memiliki kon­struksi yang baik,” tegasnya.

Sementara juara pertama Sayem­bara Desain Situ Front City, Rulyan Ali Parinduri mengaku mengambil desain dari pengelolaan danau di Brays Bayou, Houston, Texas, Amerika Serikat. Di sana, kata Rulyan, danau bukan hanya sebagai resapan air, tapi juga menjadi kawasan wisata warga.

Sebelumnya, pria yang mengenyam pendidikan S1 ITB Jurusan Arsitektur dan S2 di Singapura National Urban De­sign itu kini bekerja sebagai konsultan ini juga pernah menjuarai ajang Green Metropolis Jakarta 2050. “Intinya sih saya terinspirasi Bray Bayou di Texas, yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat tapi bisa juga menarik sisi ekonomi suatu daerah. Kan Bogor ini terkenal Puncak sebagai kawasan wisata. Nah, nantinya orang tidak perlu jauh ke Puncak untuk berwisata. Di Cibinong pun bisa,” tukasnya.

Selain SFC, Kabupaten Bogor bakal memiliki Silicon Valley Indonesia di Sentul City atau Sumur Batu, Babakan Madang. Ini merupakan sebuah ka­wasan technopolis yang mengedepank­an teknologi atau bisnis berbasis start­up yang diusung Group 70 Intenational.

Pemkab Bogor pun bakal mem­bangun Transit Oriented Develop­ment (TOD) yang merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi pemanfaatan la­han campuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal, seperti busway, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT) dan jaringan pejalan kaki/sepeda terintegrasi. TOD ini akan dikembangkan meliputi TOD Susukan dan Pabuaran, TOD Gunung Putri, TOD Sirkuit Senyul, TOD Sentul City dan TOD Cibanon.

Apapun visi dan misi yang dilaku­kan oleh Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor tentunya masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih baik. Mana yang lebih baik? Semua pilihan di tangan masyarakat.

(Abdul Kadir Basalamah|Yuska

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================