Berpuasa melatih seseorang hidup teratur, disiplin, dan mencegah kelebihan makan. Karena makanan terkait erat dengan metabolisme tubuh, maka berpuasa juga menyehatkan tubuh. Hasil riset bahkan membuktikan, berpuasa menyehatkan otak.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Kaitan Puasa dengan kesÂehatan otak maupun tubuh manusia diuraikan oleh paÂkar neurosains Prof dr TaÂruna Ikrar, MD, MPharm, PhD.
Menurut Taruna, manfaat Puasa bagi fungsi dan kesehatan otak dapat dijelaskan secara ilmiah. Dari penelitian plastisitas dan neurogenÂesis (kelenturan dan perkembanÂgan otak), pada dasarnya sinapsis (jaringan otak) dapat berkembang berdasarkan faktor lingkungan, keÂjiwaan, dan makanan yang dikonÂsumsi.
“Lewat Puasa sebulan penuh, berdasarkan plastisitas, neurogenÂesis, dan fungsional kompensasi, jaringan otak diperbarui. TerbenÂtuk rute jaringan baru di otak, yang berarti terbentuk pribadi manusia baru secara biologis, psikologis, dan fungsional,†kata Taruna, alumnus Fakultas Kedokteran Unhas.
Taruna menjelaskan, saat berÂpuasa, ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal (6-8 jam). Pada fase itu terjadi degradasi lemak dan glukosa darah. Terjadi pula penÂingkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL).
“Hal ini amat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena HDL berefek baik bagi kardiovaskuler, sedangkan LDL berefek negatif bagi pembuluh daÂrah,†ungkapnya.
Penelitian endokrinologi menunÂjukkan, pola makan yang rotatif saat berpuasa menyebabkan keluarnya hormon sistem pencernaan, seperti amilase dan insulin dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan kualiÂtas hidup dan kesehatan tubuh.
Lebih jauh, Taruna memaparkan bahwa secara biologis, orang yang berpuasa menahan lapar dan daÂhaga selama sekitar 14 jam. Selama itu, tubuh mengalami proses metabÂolisme selama sekitar delapan jam.
Rinciannya, empat jam makanan disiapkan dengan keasaman terÂtentu dibantu asam lambung yang dikirim ke usus. Empat jam kemuÂdian, makanan diubah menjadi sari-sari makanan di usus kecil, lalu diserap oleh pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Adapun sisa waktu enam jam adalah waktu ideal bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.
Secara psikologis, ketenangan dan pengendalian emosi saat berÂpuasa menurunkan adrenalin. “Adrenalin memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pemÂbuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meninÂgkatkan tekanan darah arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin menambah pembentukan Kolesterol dari lemak protein berkeÂpadatan rendah. Itu semua meninÂgkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak, seperti jantung koroner dan stroke,†paÂparnya
Bagi Halaman