Penulis sendiri yang kebetuÂlan hanya memiliki pekarangan didepan rumah telah di tanami lebih dari sepuluh jenis pohon tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman produktip yang diyakini memberi manpaat prakÂtis menunjang keperluan keluarÂga seperti menanam pohon panÂdan, cabai rawit, cabai merah, tomat, suji, kemangi, (semuanya di dalam pot kaleng bekas).
Pada lahan yang agak lebar di tanam pohon salam dan pohon jeruk purut, jeruk mipis, jeruk limo (kalau sedang panen ada pedagang dari pasar yang sengaja membelinya), di sampning itu mempaatkan pula menanam poÂhon manggah, pohon sawo dalam pot drum yang lelatip besar dan pada pagar rumah di manfaat kan untuk tanaman yang merambat seperti sirih dan disela-sela pagar di tanami TOGA seperti kumis kucing dll yang dengan itu bisa berbagi dengan tetangga dan unÂtuk kesuburan/penyiraman, air hujan di tampung dengan menyeÂdiakan bak kecil disudut rumah serta dimasukan ikan mujair untuk memakan jentik-jentika nyamuk.
Teksline, Bogor Hejo Rakyat Ngejo Harian Bogor Today saya serankan untuk disosialisasikan terus dengan berbagai model dan cara untuk menyadarkan maÂsyarakat serta dapat diwujudkan.
Teksline, Bogor Hejo Rakyat Ngejo sejatinya seiring dan seÂjalan dengan moto Kota Bogor “Dina Kiwari Ngancik Nubihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jagaâ€, Bawasanya apa-apa yang kita nikmati sekarang adalah hasil perjuangan dan kerja ( Bapak/ Ayah,Pendahulu Kita) dan kita kerjakan untuk masa depan tuÂrunan/generasi kita berikutnya, dalam dimensi luas di illustransÂtrikan dengan hijaunya rumah Warga Bogor Otomatis akan menghijaukan Kota Bogor, yang di wariskan kegenerasi Warga BoÂgor Berikutnya
Kalau Hejo (hijau)nya Kota Bogor dengan tanaman produktif maka akan dapat menghasilkan uang dan uang itu dapat di beÂlikan makanan sehingga Rakyat Ngejo (Masyarakat Makan) atau hasil produksi tanaman sendiri kalau berupa buah dapat di manÂfaatkan langsung, bila tanaman hias dapat di budidayakan dan di jual.
Moto Kota Bogor diatas sesÂungguhnya adalah “ falsavah keÂhidupan†Orang Bogor yang seÂcara sosiologis (kemasyrakatan) telah menjadi etika kehidupan. Akan tetapi dalam perjalannya tiÂdak semulus yang di harapkan di karenakan gejolak dan perkemÂbangan zaman ikut mewarnai masyarakat di tambah lagi keÂnyataan (fakta) falsafah dan panÂdangan hidup bangsa, pancasila kususnya pasca reformasi “KeÂbabalasan†nyaris termarjinalkan oleh gelombang reformasi yang di dukung kekuatan kapitalisme dan liberalisme yang takpelak lagi ikut mewarnai kehidupan masyarakat.
Bagi Warga Bogor semangat Bogor Hejo Rakyat Ngejo seviritÂnya harus terus di gelorakan, dan penulis mencatat tapakuran Walikota Diani Budiarto pada Hari Jadi Kota Bogor yang ke 524 Tahun 2006 : “Lama Sudah BoÂgor menmpuh windu dan abad dalam lakon panjang sejarah masa silam hingga di masa kini. Bersyukurlah kita karena dalam kurun waktu yang panjang terseÂbut Bogor tak pernah tenggelam ditelan jamannya, meskipun sejaÂrah mengalami pasang dan surut sebagaimana layaknya gelomÂbang samudera.
Bogor yang berarti tunggul kawung semoga tetap tegar menÂjulang dengan akar yang kokoh menggenggam bumi. Kita para penghuni Bogor dalam penggalan waktu yang singkat dari bentang sejarah Bogor hendaknya senanÂtiasa mengingat kebesaran sang Maha Pencipta dengan Tasbih, Tahmid, dan Takbir yang tidak terputus, serta istigfar atas segala kesalahan pikir, ucap, dan tidak kita di masa lalu, disertai haraÂpan semoga Allah senantiasa meÂlimpahkan ridha dan barokahnya dalam kehidupan kita yang masa berlanjutâ€. (*)