Untitled-5Mungkin bagi sebagian orang menjalani puasa di Indonesia terbilang mudah dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, bagaimana jadinya bila berpuasa di Belgia yang mayoritasnya non muslim?

Oleh : Ananda Nasution
[email protected]

Seperti Nur Aeni Rus­miati, warga Ciawi, Ke­camatan Bogor Timur yang merupakan rekanan dari wartawan koran BOGOR TODAY mengatakan, menjalani ibadah puasa di Bel­gia bukanlah hal yang mudah karena harus puasa dengan kondisi udara yang terik dan waktu berpuasa yang relatif lama, tak hanya itu, suasana kekeluargaan disana juga berbeda jauh dari Indonesia.

“Saya cukup kesulitan me­lalui cobaan saat puasa di sini, siangnya terlalu lama dan cua­canya sangat panas, terlebih lagi yang puasa hanya saya dan suami, keluarga suami saya ti­dak puasa walaupun mereka muslim, mereka benar-benar sudah mengikuti budaya barat,” ujar wanita yang ting­gal di Antwerp, Belgia itu.

BACA JUGA :  10 Persen Angka Kematian ASN Akibat Penyakit Tidak Menular, Sekda Kota Bogor Tingkatkan Sosialisasi

Ia juga menuturkan, karena berbeda suasana di rumahnya dan jauh dari sang ibu, Eni pernah menangis dan meminta untuk dipulangkan ke Indonesia. Tapi karena dukungan dari suami, wanita ini pun kuat melalui puasa di negara penghasil cokelat itu.

“Awal menghadapi puasa di sini, saya benar-benar tidak kuat, saya sampai menangis dan minta pulang ke Indo­nesia, tapi suami saya selalu meyakinkan dan menyeman­gati, akhirnya saya kuat dan betah di sini, saya sambil bekerja di sini untuk menigisi waktu luang,” ujarnya kepa­da BOGOR TODAY kemarin.

BACA JUGA :  Edgar Rangga Wakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Fingerboard 2024

Ia juga menuturkan, ja­rangnya didapati masjid merupakan hal yang biasa disana, terlebih suara ku­mandang adzanpun jarang beliau dengar. “Patokannya kita melihat di aplikasi adzan di andriod untuk berbuka puasa, karena disini jarang ada masjid,” tambahnya.

Ia juga mengatakan, makanan menjadi kendala saat berpuasa di sana, tidak adanya makanan khas Indo­nesia menjadi hal yang pal­ing dirindukan oleh wanita itu. “Bukan cuma keluarga, tapi saya kangen sama mie golosor, cendol, kolak, gore­ngan dan takjil-takjil yang hanya ada di Indonesia, disini kebanyakan makanan western semua,” pungkas­nya. (Ananda Nasution)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================