Manuver politik para pemilik suara yang mewarnai perhelatan Musda Golkar, bukanlah tanpa sebab. Gencarnya lobi politik kepada pemilik suara disebut-sebut sebagai kunci keberpihakan.
Oleh : Patrick
[email protected]
Seperti diketahui, Yus Ruswandi, telah mendapat dukungan dari empat pengurus kecamatan (PK) untuk menÂduduki kursi Ketua DPD. KeÂempatnya, yakni PK Tanah Sareal Agus Zulkifli, PK Bogor Barat Ahmad Gaos, PK Bogor Timur Endang Kosasih, dan PK Bogor Selatan Dian Ardian.
Keberpihakan para PK itu disebut, Pengamat Politik lokal AM Sarifudin lantaran figur Yus Ruswandi yang meÂmiliki bargaining lantaran berangkat dari kader akar rumput. Yus mengetahui betÂul pola main dalam Musda dan apa yang diperlukan PK.
Sebagai contoh, sebutnya, biaya operasional politik. DiÂmana mengerahkan masa unÂtuk mendukung diperlukan biaya. “Dan, Yus berani mengeÂluarkan biaya itu,†katanya.
Selain itu, Yus juga pintar dalam melakukan doktrin dan penggiringan massa. Dalam konteks ini, Yus memainÂkan peran Ketua PK Bogor Selatan Dian Ardian sebagai ujung tombak perjuangan.
Dian dikenal sebagai figur yang memiliki kemampuan dalam melakukan penggiringan dan doktrinisasi. Sepak terjang Dian dalam kancah politik tak perlu diragukan lagi. Dimana Dian sudah cukup lama berkeÂcimpung dalam ranah politik.
Sebagaimana diketahui, beberapa tahun silam, Dian pernah menjabat sebagai SekÂretaris Anshor, organisasi sayap PPP. Dalam organisasi tersebut, Dian memiliki pengaruh kuat bagi para kader Anshor lainnya.
Di Golkar pun, karisma Dian dalam melakukan pemolaan sikap politik kader beringin juga begitu kental. Dia mampu menggiring kader lain untuk ikut bergabung dalam perjuanÂgannya. “Dian memiliki nilai-nilai ketokohan. Komunikasi dan retorika politiknya mampu memobilisasi massa. Dia bilang A, mayoritas akan A. Tentu semua itu perlu dana politik agar pemilik suara dapat menÂjadi loyalis. Dia kunci kemenanÂgan Yus Ruswandi,†katanya.
Dewan Pembina KNPI Kota Bogor ini juga menyikapi soal figur balon Ketua DPD lainnya. Semisal Tagor J Tauhid. Dirinya menilai, figur Tagor kurang diminati para kader beringin.
Pasalnya, Tagor dinilai tiÂdak memiliki popularitas dan kapasitas untuk memimpin Golkar ke depan. Tagor juga tidak memiliki hubungan yang mesra dengan para kader diakar rumput. “Sementara, perebutan kursi itu soal lobi politik, kedekatan politik dan biaya politik,†tegasnya.
Tak sampai disitu, lelaki paÂruh baya ini, juga menyoroti perpecahan yang terjadi di KosÂgoro57 dan PK Bogor Utara. Kata dia, perpecahan itu terjadi, lantaran Heri Cahyono kurang memiliki kedekatan politik denÂgan para kader di Kosgoro 57 dan pengurus kelurahan GolÂkar di Kecamatan Bogor Utara. Heri hanya melakukan lobi pada kepengurusan di tingkat elit dari kedua organisasi itu.
Sementara Yus Ruswandi mencoba memecah suara Heri dengan memainkan lobi poliÂtik di akar rumput dari dua kepengurusan tersebut. Yus menggoyangnya, dengan tuÂjuan merubah keputusan saat rapat pleno nanti (Keputusan menentukan suara kepada baÂlon Ketua DPD Golkar). “Pola main Yus, pada akhirnya akan membuat inkonsisten pada keputusan pleno PK,†ucapnya.
Lebih lanjut dirinya pun menyarankan kepada para Balon Ketua DPD untuk memÂbangun sistem kepercayaan kepada para pemilik suara. Terbangunnya kepercayaan akan membuat pemilik suara tetap konsisten dalam melakuÂkan keberpihakan. “OrganÂisasi akan kuat bila dibangun dengan sistem kepercayaan. Pemimpin partai harus ditoÂpang oleh kepengurusan akar rumput. Sehingga sistem partai akan berjalan sehat kedepanÂnya,†tandasnya. (Patrick
Bagi Halaman